[FF Oneshoot] Really Love You...
Really Love You....
by : Octhavia
Cast : Kim Jongin, Marsha (oc), Oh Sehun.
other cast : you can find them.
Genre : Romance, sad I Leght : 4.110 word I Rating : PG.
Don't be plagiat or stolen this story!! I hate plagiat and stolen. This story pure from my mine. Don't Copy Paste! Don't read if you hate this character. Be a good reader. sorry many typo(s) here. ^^
Rintikan hujan tak memberhentikan
langkahnya untuk tak menjauh dariku, di tangan laki-laki itu, sebuket bunga
azalea tersusun indah tampak cantik, lalu ia duduk dibangku kayu depanku.
“Hai, hari ini aku datang lagi, bagaimana
kabarmu?” dia mengelus puncakku.
“Aku
baik!”
“Aku yang tidak baik,kau tahu?
Chanyeol memaksakanku untuk berlibur, katanya aku terlalu freak pada pekerjaan”
dia menunduk, mungkin sedang mengawang.
“Bukankah
kau memang terobsesi dengan pekerjaanmu itu?” aku mencoba peduli padanya.
“Baik-baik, aku akui memang aku
terobsesi pada pekerjaanku itu, bahkan sebelum kita bertemu.” Ia mendongak
mencoba menatapku.
“Bagus,
akhirnya kau mengakuinya juga!” aku tersenyum menang.
“Kau ingat, Sha? Ketika pertama kali
kita bertemu di Bandara?”
“Tentu,
kau kira aku melupakannya?” aku bersungut marah.
Dia tersenyum tipis, “Darimana awal
ceita itu?”
#really
love you#
Bandara Incheon 13.30 p.m
Aku berlari mengejar Sehun, -lelaki
yang telah lama berstatus pacarku- langkah kakinya panjang-panjang tak
sebanding dengan langkah kakiku.
“Sehun-ah, tunggu!” aku berusaha
berteriak, kesal? Ya, aku akui, aku
memang kesal padanya, kami membina long distance relation, hubungan jarak jauh,
ia mahasiswa di Harvart university, keren kan? Tapi ketika dia baru datang ia
sama sekali tak peduli padaku. Apa
Amerika sang negeri paman Sam itu telah membuatnya menjadi seorang yang angkuh
dan egois seperti ini?
“Huh…!” aku mendengus kesal,
memangnya aku sebegitu tak berartinya?
“Bruuk….” Oh Good, sekarang apalagi?
Aku menabrak seseorang, pantatku dengan mulusnya mencium lantai, mungkin
sekarang banyak sekali pasang mata yang menatapku iba, ‘gadis yang dicampakkan
itu terjatuh’ Shit! Terserah mereka mau
berkata apa!
“Hey, anda tak punya mata nona atau anda butuh kacamata?” teriak
orang yang ku tabrak, o… dia laki-laki muda yang terlihat keren dengan jas
branded yang ia kenakan terlihat gr…. Berkelas.
“Maaf, saya tidak sengaja!” ucapku
membungkuk, aku malu.
“Lain kali anda harus lebih
berhati-hati nona!”
“Maaf, sekali lagi maaf!” ucapku
sekali lagi berharap laki-laki keren ini memaafkanku, Sehun? Jangan di tanya
tadi aku melihatnya sudah pergi dengan taksi, padahal aku sudah bawa mobil.
“Dasar ceroboh!” desisnya pelan tapi
masih mampu untukku dengar.
“Apa?” aku kini menyentak, hilanglah
semua ke sopananku padanya.
“Aku bilang anda ceroboh Nona!” ia
menatapku santai, terkesan tak peduli pada perasaanku, ok, fine aku memang
salah tapikan aku sudah berkali-kali mencoba meminta maaf.
“Hey, kau kira aku mau menabrakmu?
Akukan sudah katakan bahwa aku tak sengaja menabrakmu, aku juga sudah minta
maaf”
“Oh, santai nona, saya hanya mengatakan
anda ceroboh, itu saja dan memang anda ini ceroboh kan?”
“Tapi bisakah dengan sedikit
berbasa-basi?”
“Aku tidak suka yang berbelit-belit,
termasuk basa-basi, lebih baik to the point” laki-laki itu mulai menyertai
aksen ucapannya, aku memalingkan penglihatanku pada jasnya, sedikit kotor.
“Mana handphonemu?” pintaku. Ia
sedikit terlihat bingung, mungkin berfikir lalu sejenak kemudian dia
mengeluarkan handphonenya. Aku menulis nomorku.
“Jika kau ingin aku bertanggung
jawab, hubungi aku di nomor itu, oya, aku Marsha, sudah ya… aku pergi Annyeong …”
aku berlari pergi setelah handphone itu aku kembalikan pada si empunya.
#really
love you#
“Setelah kejadian itu, aku dan kau
mulai semakin akrab kan ,Sha?” dia tersenyum lemah, senyuman yang paling aku
benci.
“Hello,
aku tersinggung atas senyumanmu, tahu!”ucapku pada laki-laki tampan di
depanku ini.
Dia masih tersenyum seperti itu
sambil mengelus kepalaku lembut.
“Aku belum cerita tentang Sehun!”
ucap laki-laki itu lagi.
“Ya
tuhan, kau masih ingat pada laki-laki itu? plis, jangan sebut namanya lagi! jebal..”
aku benar-benar sebal.
“Kau tahu kejadian di kolam renang itu?”
“Hua….
Berhenti bercerita itu, aku tak mau mendengarkannya!” ucapku menutupi kedua
telinga.
#Really
Love You #
From: new number
Hi, kau harus
bertanggung jawab! Jas ku kotor karena ulahmu, aku tunggu besok di cafetaria di
Lotte Mall jam dua belas siang.
Pesan itu masuk tepat tengah malam
tadi dan sekarang jam metalikku sudah menunjukkan pukul sebelas lebih lima
puluh lima menit, itu berarti lima menit lagi, laki-laki berjas branded itu datang.
Aku
duduk di kursi kayu, laki-laki branded sudah memesan tempat, jadi aku
tak perlu repot mencari tempat lagi, apalagi ini sudah mendekati jam makan
siang.
“Ini!” jas hitam tiba-tiba muncul di
hadapanku.
“Kya….. kau mengagetkanku!” teriakku
“Hey, berhenti berteriak, ini cafetaria,
kau ingin kita diusir paksa dari sini?” sentak laki-laki itu sembari membengkap
mulutku. Kontan aku diam.
“Salah sendiri tiba-tiba kau
mengagetkanku!” bentakku setelah dia melepaskan tangannya.
“Ok, aku minta maaf, kita impaskan?”
“Hummz!” aku kesal kepadanya,ku
genggam jasnya dan kembali melihat bagian kemarin yang terlihat kotor, tapi….
“Yak, mengapa ini bersih?”
“Jadi kau mau minta jasku kotor,
hah?” tanyanya merebut jas hitam branded itu kembali.
“Bukannya kau sendiri yang
mengatakan untuk agar aku bertanggung jawab? Tapi, kenapa jasnya bersih?”
tanyaku polos, mungkin dia menganggap seperti itu. eh, kalau jasnya bersih
berarti aku tidak perlu memasukan jas itu ke laundry dong? Yeah……
“Memangnya aku mengatakan
pertanggung jawabanmu harus mencucikan jasku?” pertanyaan ini… ehm… jika di
kaji ulang sih.. aku memang tidak mengatakan untuk mencucikan jasnya, tapi aku
akan bertanggung jawab, akh… masa bodo lah…
“Ng…Tidak,,, sich!”
Dia menyeringai tak jelas, baiklah aku punya
feel kurang mengenakkan. Heh dasar laki-laki menyebalkan!
“Kalau begitu, berapa harga yang
harus aku bayar untuk membayar uang loundrynya?” aku menatap kearahnya.
Kai hanya tertawa konyol dan menggeleng,”Aku
juga tak menyuruhmu membayar”
Aku menyipitkan mataku tak
mengerti,”Lalu, apa yang harus aku lakukan untuk menebus kesalahanku tempo
hari?”
Kai nampak berfikir sebentar sembari
bergumam tak jelas.
“Seharian ini, akh… anio, setengah
hari ini kau harus menemaniku, itu yang aku minta!” laki-laki itu membuka suara
yang mampu membuatku sedikit tersedak.
“Mw….mwo? kau ini bicara apa? Mana ada pertanggung
jawaban seperti itu, aku menolak”
“Jika kau menolak maka aku anggap kau
tak bertanggung jawab, akan ku laporkan ke polisi dengan tuntutan perbuatan tak
menyenangkan!”
“Hey, hanya karena jas yang kotor
sedikit saja kau akan melapor? Euh, kau ini benar-benar menyebalkan!”
“Terserah jika kau mau menolak”dia
mengeluarkan handphonenya, siap menelepon
“Ya,ya,ya, memangnya aku
menolak?”aku bersungut, apa boleh buat.
“Jadi?”
“Aku akan menemanimu, tapi, ijinkan
satu jam saja aku menemui seseorang!” aku memohon padanya.
“Baik, tapi aku ikut!”
“Hey, kau ini!” ingin sekali aku
arahkan satu pukulan saja kearahnya.
“Ehm…
ngomong-ngomong kau ini siapa? Maksudku namamu” lanjutku.
“Kim Jong In imnida panggil aku Kai
saja “
“O, aku Marsha”
“Ya, aku tahu, bukankan kau sudah
menyebut namamu di awal pertemuan kita?”
Aku tersenyum.
#Really
Love You#
“Jadi seseorang itu pacarmu dan dia
berada di Apartement ini?” Kai, menengokkan kepalanya keluar melihat gedung
pecakar langit di depannya.
“Hummz,
memangnya kenapa?”ucapku melepas seltbelt, lalu turun dari mobil perche
miliknya.
“Kau
yakin tidak ingin turun?” tanyaku. Ia sedikit terkejut dan turun dari mobil,
seorang valet memakirkan mobilnya kearah basement.
“Kemana kita?”tanyanya polos, euh…
laki-laki ini, benar-benar polos atau hanya ingin mempermainkanku.
“Masuk, memangnya mau kemana lagi?”
“Aduh, kau itu pabo! Maksudnya kita
akan ke lantai berapa?”
“O, hummz…, dia bilang sedang di
kolam jadi mungkin lantai atas” ajakku berjalan meninggalkannya, beberapa staff
tak sengaja berpapasan denganku dan mereka tersenyum sopan serta hormat, seakan
bertemu bos besar mereka.
“Mereka kenapa?”tanyaku ketika kami,-aku
dan Kai- dalam lift.
“Manaku tahu, mungkin karena aku
terlalu tampan, jadi mereka hormat padaku” Cih…. Mau muntah rasanya mendengar
dia yang begitu sangat narsis. Yah, walau secara paksa ku akui dia termasuk kriteria
cowok tampan. Ups… !!
Tiba-tiba lift berhenti bergerak
membuat aku dan Kai jatuh bersamaan, baiklah, apalagi sekarang? Lift akan jatuh
atau aku dan laki-laki berjas branded ini akan selamanya terkurung disini? Okey
aku mulai takut, bagaimana kalau laki-laki
narsis ini macam-macam, bukannya berpikiran piktor tapi zaman sekarang banyak
penipuan yang bermodus seperti ini. Jadi bisa saja bukan?
“Gwencana?”tanyanya,menyadarkanku
dari halusinasi fiksi yang kubuat sendiri aku hanya mengangguk.
“Kalau begitu bisakah kau melepaskan
pelukanmu nona?” Aku mengerjapkan mataku tak percaya setelah tersadar akan
posisiku dengan Kai sekarang. Aku memeluknya? Memeluk laki-laki narsis ini?
Memalukan.
Aku bangkit dengan kikuk lalu memencet tombol pemanggil petugas
berharap segera menolongku dari situasi memalukan ini.
“Huh… Eothoke…?” aku mulai
menggerutu, kemana petugas-petugas jaga itu, kenapa tak ada respon.
“Kau bisa tenang? Nanti kita
kehabisan oksigen!” ujar Kai sok pintar yang sudah berdiri bersandar pada
dinding lift, ku coba mendekatinya dan ikut bersandar di sebelahnya.
“Kau ini bodoh sekali!”
“MWO?” aku menoleh padanya. Marah.
“Ceritakan aku tentang pacarmu!”
titahnya bak sang raja, heh… seenaknya memerintah setelah membuatku marah?
“Shireo”
Kai menoleh padaku lalu mulai
mendekat hingga aku bisa merasakan hembusan nafasnya mengenai permukaan mukaku
seketika itu juga aku merasa tegang.
“Kau yakin tidak ingin bercerita
atau kau lebih memilih aku untuk menciummu?”
Aku diam deg deg deg…. Aku yakin Kai
bisa mendengar detak jantungku yang terpompa dengan begitu kerasnya. Dasar
jantung bodoh.
“Ye… aku akan bercerita!” aku
menyerah dan kau menang Kai!
Kai tersenyum smirk lalu mulai
menjauh dariku “Sayang sekali!” ucapnya sok menyesal?? What menyesal? Maksudmu
Kai berharap aku memilih pilihan keduanya?? Michiseo!
“Ok, well, aku mulai ceritanya, aku bertemu
Sehun saat kami tidak sengaja bertemu di toko bunga, bunga azalea yang
mempertemukan, bunga ungu itu memang bunga kesukaan ku dan Sehun, itu adalah
satu-satunya kesamaan yang kami miliki,selebihnya kami memiliki perbedaan yang
banyak.Awalnya Sehun adalah sosok lelaki yang mungkin menjadi menantu nomor
satu, baik, tampan, mandiri, pekerja keras, bertanggung jawab, semua seakan sempurna
hanya dalam waktu lima bulan, setelah itu, Sehun mendapat beasiswa ke Harvart,
kami menjalani LDR, awalnya masalah tak terlalu banyak, tapi lambat laun Sehun
mulai berubah, aku tak lagi mengenal sosoknya saat ini, kejelasan hubungan
kamipun masih sangat di ragukan, apakah Sehun masih mencintaiku? Akupun ragu
tentang hal itu.”
“Kau masih mencintainya?” aku tak
menjawab, pertanyaan Kai seakan menohokku. Entah iya atau tidakpun aku sendiri
masih bingung, aku tak mengerti perasaanku ini.
“Jika kau ingin lari darinya,
larilah kearahku, jangan pernah lari kesiapapun selain aku, jika selangkah saja
kau lari ke orang lain, jangan salahkan jika aku menarikmu paksa!” aku menggit
bibir bawahku, laki-laki ini sulit untuk di tebak. Apa yang ia ucapkan?
Aku menunduk memainkan jemariku “Wae…waeyo,
kau yakin sekali?”
“Karena aku menyukaimu!” ku tolehkan
kepalaku, menatapnya, mencoba mencari sebuah titik kebohongan. Nihil yang ku
temui malah sebaliknya, sebuah keyakinan.
Lift mulai bergerak, kami saling
diam dan berdiri, What the Hell! Apa yang sebenarnya laki-laki ini pikirkan,
Pintu lift terbuka. Aku dan Kai berjalan menuju kolam, cukup sepi, and oh my
maid aku melihat Sehun sedang berpelukan mesra dengan seorang wanita.
Aku berjalan ke arahnya sungguh tak
ada rasa amarah dalam diriku, bukankah sebenarnya aku harus marah.
“Siapa dia?” aku lihat Sehun menoleh
padaku dengan benar-benar panik, setidaknya itu yang aku lihat dari raut
wajahnya.
“Aku bisa jelaskan, ini tidak
seperti yang kau pikirkan Sha!”jelas Sehun, jujur aku tidak mengerti diriku
saat ini, meski aku tidak merasa marah tapi rasanya tanganku ingin menamparnya
cepat, well ini sudah aku lakukan dan kini kakiku berjalan menjauh dan berhenti
ketika mendengar keributan di belakangku, ketika ku tengokkan kepalaku, dua
laki-laki bodoh sedang berkelahi saling menghajar memberikan luka lebam di area
wajah mereka masing-masing, eoh! siapa lagi mereka kalau bukan Kai dan Sehun.
Aigo… mereka membuatku semakin gila.
“Tolong!, Hentikan!!” teriakku
melerai mereka berdua, aku benci kekerasan seperti ini.
BHUKK…. Entah kepalan tangan siapa
yang mengenai pipiku, tapi itu mampu membuatku terhuyung kebelakang dan jatuh
sempurna dalam kolam, sempat aku dengar beberapa teriakan dari para gadis di
sekitar kolam tapi yang paling aku dengar adalah suara Sehun yang meneriakan
namaku keras dan juga Kai yang terpaku.
Dia kenapa? .Gelap.
#Really
Love You#
Yang kulihat saat ini adalah
langit-langit putih, bau maskulin tercium di sprei kasur dimana aku berbaring,
bau ini…Apartement Sehun.
“Eoh, changi kau sudah bangun?”
seseorang masuk dari pintu kayu.Sehun, kenapa laki-laki ini ada disini.,
changi? Cih, aku tak sudi dia memanggilku seperti itu.
Aku mulai bangkit, lelah rasanya
hanya berbaring di kasur. “Istirahatlah dulu, changi! Lukamu belum terlalu
kering”
Aku hanya menoleh kearahnya dan dia
menatapku seakan memohon, yak! Sehun-ah kau pikir aku akan menuruti
permintaanmu? Aku sudah terlalu muak dengan sikapmu. Aku melanjutkan
aktivitasku tadi, berdiri dan mulai berjalan meninggalkannya.
“Kau mau kemana?” tanyanya lembut.
Sejak kapan kau mulai berubah normal
Sehun-ah.” Bukan urusanmu!”
“Changi~ah… aku ini namjachingumu
tentu aku berhak tahu!”
“Namjachingu? Yang kau maksud
seseorang yang dengan gampangnya meninggalkan kekasihnya di bandara sendiri,
bahkan kau tak menunjukkan rasa rindu sedikitpun setelah sekian lama kita
berpisah, kau sama sekali tidak peduli atas aku yang dengan susah payah
mengejarmu, terlebih saat aku terjatuh! Jadi itu yang kau maksud Namjachingu?”
Sehun menunduk dalam.
Hening, antara aku dan Sehun kami
saling diam. “Aku pikir kita sudahi saja hubungan ini!” ku ucapkan kata yang
selama ini menjadi momok tersendiri untukku. Sehun tidak terlihat kaget.
“Baiklah jika itu maumu!” aku
menatapnya, jadi ini yang ia inginkan, berpisah. Aku berjalan keluar apartement
dengan sedikit tertatih, di depan apartement aku bertemu pada gadis yang tadi
berpelukan dengan Sehun dia menatapku dengan tatapan merendahkan. Cih…. Mereka berdua
sama-sama manusia tak punya hati.
____________________________________
Jadi mulai peristiwa itu, aku
bertekad tidak akan pernah mengasihi Oh Sehun atau gadis gila yang menjadi
selingkuhannya yang aku tahu bernama Yoona, Hyuna, Yauna akh…. entahlah. My
life not for to sad!. Lupakan masalahmu yang telah lalu dan jalani yang akan
datang!! Hwaiting Marsha!!! You can do it!!
“Aigo… Ramyunnya habis!” huh…
beginilah jika eomma tidak berada di rumah, aku selalu kehabisan bahan makanan,
sampai kapan eomma berada di rumah halmeoni. .
Aku bangkit, mengambil hoodie,sarung
tangan dan topi penghangat lalu berjalan keluar menuju supermarket. Setidaknya aku
bisa berjalan-jalan di malam hari tanpa mendengarkan larangan eomma.
Ngomong-ngomong efek dari pukulan yang mengenai pelipisku, sedikit mengurangi memoryku
tentang laki-laki itu, Oh Sehun, meski jujur aku tetap membencinya karena
mengkhianatiku.
Omo…. Siapa yang berada di pinggir
pagar? Seseorang laki-laki er… berkelas sedikit menunduk dan menyandan pada
mobilnya. Aku mendekat kearahnya. Mungkinkah dia….
“Kai-sii??” ucapku pelan, laki-laki
itu menenggokkan kepalanya. Kenapa dia pucat sekali?
“Marsha-sii….”ia tersenyum payau,
kenapa dengan laki-laki ini, ia seakan memendam rasa sakit yang amat sangat
menyakitkan.baiklah ini hiperbol.
“Neo Gwencana? Kau terlihat pucat
dan tidak sehat!” ia tersenyum, oh tuhan… kalau aku boleh jujur aku sangat
merindukan laki-laki ini.
“Marsha-sii…” kai berjalan
mendekatiku, matanya tajam menatapku.
“Wae… wae…waeyo?” aku mulai siaga,
mau apa dia? Brukk… kai terjatuh sambil memelukku.
“Kai-sii… Ireona!! Yak… kai-sii…!!!”
aku mencoba membangunkan dengan menguncang badannya.
____________________________________________________
“Gamsahamnida ahjusi…!” aku
membungkuk memberi hormat pada ahjusi yang ku mintai tolong membawa kai masuk
ke dalam rumah.
“Nona, lain kali jika suamimu sakit
cepatlah bawa ke dokter!” Mwo???
Suami??? Aigo… ahjusi bahkan aku ini baru saja putus dengan seorang pria,
menyebalkan.
“Kalau begitu saya permisi, jaga
baik-baik suami anda! Selamat malam” pamit ahjusi itu lalu pergi dari rumahku.
Bagus kau pergi ahjusi sebelum aku layangankan sepatu high helsku itu, lagipula
siapa aku dan kai sehingga kami berdua di sangka sepasang kekasih bahkan
sepasang suami istri. Meski aku merindukan sosoknya… Ok, aku tau ini gila!
Merindukan seseorang yang bahkan belum genap satu bulan aku bertemu dengannya
dan berjumpa hanya dua kali dan aku mengatakan aku merindukannya! Manusia gila
mana yang merasakan hal semacam itu? Aku… ya… aku….. ini terdengar gila, bahkan
mungkin esok aku harus menemui psikiater!
Ting…..
Handphone kai tiba-tiba berbunyi!
Akh… aku lupa masih ada orang lain di rumahku selain aku sendiri tentunya. Aku
berjalan ke arah tempat tidur yang di tempati Kai, aigo…. Bahkan ketika dia
terlelappun ia masih menunjukkan pesonanya. Ting….. handphone kai berbunyi
lagi, sebenarnya tidak sopan dengan mengangkat handphone orang lain tanpa
seizinnya. Tapi ini darurat mau tidak mau aku harus mengangkatnya siapa tahu
itu penting, jadi maafkan aku tuhan telah berbuat dosa dan maafkan aku kai-sii
sedikit tidak sopan.
“Yak, hyung… kau kemana saja? Relasi
dari hotel di bali, sudah datang! Seharusnya kau yang menjadi general manager
disini harus datang pada acara sepenting ini!” teriak seseorang disana.
“Mi..mianhae, bisakah kau menghandle
semua? Kai, dia tiba-tiba pingsan, tapi
kau tak perlu khawatir dia sekarang cukup baik!”
“Eoh, kau bukan Kai hyung? Akh… nde!
Ngomong-ngomong aku Chanyeol aku salah satu anak buah Kai-hyung, eoh nona..
kalau aku boleh tahu kai hyung ada dimana? Biar aku menjemputnya!”
“Akh… itu ide bagus, dia ada di
rumahku di jalan..’bip’..yeoboseo? Yoboseo?” Handphone yang kugengam tiba-tiba
mati, ku tengokkan untuk mengecek apa ada yang salah dan aku menemukannya
.lowbat. aigo laki-laki branded ini kenapa begitu ceroboh? Apa dia tidak
mengeceknya sebelum ia berpergian eoh?
“Marsha-sii,
mianhae!” kai memanggil namaku di sela tidurnya. Sebenarnya apa yang sedang ia
impikan.
_____________________________________________
“Jadi karena pemukulan itu eoh?” aku
hanya melongo, ingin sekali tertawa tapi melihat mukanya yang merasa bersalah
aku urungkan niatan itu.
“Aku tidak berani menemuimu secara
langsung tapi aku selalu mengawasimu, mianhae… aku pikir ketika aku jauh darimu
itu akan membuatmu lebih baik juga untukku tapi lebih jauh darimu itu adalah
keputusan yang gila !”
Aku masih terkekeh kecil.
“Minumlah!” kusodorkan padanya
segelas air mineral.
“Gamsahamnida!”
Aku mengangguk.
“Lagipula itu bukan sepenuhnya
salahmu, aku juga cukup andil, jadi tak usah merasa bersalah secara berlebihan
seperti itu!”
Kai meletakkan gelas kosong pada
meja di depannya“Maaf,maaf,maaf!” Laki-laki ini masih
terus menunduk, mungkin
merasa bersalah.
“Tidak apa-apa, aku sudah
melupakannya”
“Kau yakin?”
Aku mengangguk.
“Kau tidak marah padaku? kau bisa memukulku kembali jika itu bisa
membuatmu nyaman”
Aku menggeleng, “Itu tidak perlu,
lagipula aku sudah cukup pulih”
Kai tersenyum dan menatapku, aku
tidak tahu mengapa tiba-tiba aku juga menatapnya, pandangan kami bertemu dan
yah… terkunci pada satu titik yang sama, aku tidak mengerti mengapa wajah Kai
tiba-tiba sudah tepat berada di hadapanku beberapa inci, ia memiringkan
kepalanya, aku bisa merasakan hidung kami yang saling bergesekan, nafasnya yang
menerpa wajahku dan
Kruyuk kruyuk..
Kai menarik dirinya menjauh, kami
berdua salah tingkah, terlebih aku, well… tadi itu suara perutku yang belum
terisi.
“Kau lapar?”
Aku mempautkan bibirku lalu
tersenyum konyol di depannya, “Ne, maaf”
Aku bisa melihat Kai sedikit tertawa
di sudut sana.
“Jangan menertawakanku, kau yang
membuatku tak makan malam ini!” ucapku kesal.
Kai menunjuk dirinya, “Aku?”
“Iya, kau bodoh! Siapa lagi
seseorang yang bodoh yang tiba-tiba
pingsan di jalan di malam hari karena
menunggu lama dan membawa ponsel lowbat, selain dirimu?” cibirku.
“Ponsel?” Kai seakan mengerti, ia
memeriksa tubuhnya seakan mencari ponselnya.
“Sedang aku isikan” ucapku.
Kai menoleh padaku, “Akh… gomawo”
ucapnya yang ku sambut senyuman.
“Kalau begitu, ayo makan!” Kai
berdiri dan menarik tanganku.
“Makan? Dimana?”
“Nanti kau akan tahu”
Kai mengedipkan matanya kearahku dan
menyeretku mengikutinya.
___________________________________________
Kai membawaku ke sebuah tempat makan
tenda, tempat ini memang kecil tapi terbilang ramai untuk ukuran tengah malam
seperti ini.
“Kenapa menatapku seperti itu?” Kai
yang duduk di hadapanku hanya tersenyum.
“Ternyata kalau dilihat-lihat kau
ini cantik juga”
Blush….
Aku mencoba mengalihkan perhatian
kearah lain, sialan! Kai membuat jantungku terpompa lebih cepat.
“Jangan menggodaku, kau ini
menyebalkan!”
Kai tertawa memperlihatkan deretan
giginya, sulit percaya bahwa sejam yang lalu laki-laki ini baru saja pingsan
tak berdaya.
“Apa salahnya menggoda gadis cantik
sepertimu, hm?”
Aku menyipit tidak suka.
“Baiklah, baiklah, aku tidak akan
menggodamu lagi, kau senang?”
Aku hanya berpaling dari Kai dan
menunggu makanan pesanan kami segera datang, oh… aku lapar.
_____________________________________
Aku mengerjapkan mata perlahan
mencoba terbiasa dengan cahaya yang mulai menembus, aku mengelliat kecil tapi
aku merasakan sesuatu yang aneh.
Ada sebuah tangan melingkar tepat di
atas perutku,
Mwo?
Buru-buru aku menoleh dan menemukan
wajah tampan Kai hanya berjarak beberapa inci dariku, ia memelukku dan Ya
Tuhan, bahkan kami tertidur bersama-sama di sofa ruang televise yang sempit.
Aku bisa gila, Eomma akan benar-benar membunuhku jika mendapati putri semata
wayangnya telah berani tidur bersama lelaki. Yah… meski aku dan Kai sama sekali
tak melakukan hal macam-macam.
Aku ingat, sepulang kami makan malam
tadi kami malah menonton dan tertidur di
sofa. Akh… Jeomal.
Aku melihat wajah Kai lagi, Well…
Kai benar-benar tampan, bahkan ia memelukku posesif, aish… apa dia mencuri
kesempatan. Aku mengulurkan jari telunjukku untuk menyentuh lekuk wajahnya,
dahinya, matanya, hidungnya dan bibirnya.
Bibirnya?
“Sudah selesai menikmati wajahku?”
Aku menarik tanganku dan sedikit
memundurkan badanku karena kaget, tapi lengan Kai seakan menarikku kembali
untuk lebih dekat padanya.
Ia membuka matanya,”Kau bisa
terjatuh jika menjauh tiba-tiba seperti itu”.
Aku mempautkan bibir, dia
menyebalkan dan dia memang lelaki menyebalkan.
“Singkirkan tangamu!” ucapku sebal.
“Baiklah” aku bisa merasakan tangan
Kai mulai melepas pelukannya,jadi aku bangkit dari sofa dan merapikan
keadaanku.
“Cepat pergilah, ini sudah pagi,
ponselmu juga sudah baik-baik saja”
Kai bangkit dan duduk di sofa
menyenderkan punggungnya
“Baiklah, nona cerewet aku akan
pergi”
Aku mendengus dan meninggalkannya
disana untuk ke kamar mandi. Sedangkan Kai hanya tersenyum senang sejak kami
sama-sama terbangun tadi.
#Really
Love You#
Seoul panas,
Aku tidak tahu sampai temperature
berapa derajat hari ini, maklum, Summer.
Dan Kai menyuruhku datang ke kafe di
seberang jalan sana.
Ku langkahkan kakiku cepat, aku
sudah terlambat hampir setengah jam dan aku yakin laki-laki tepat waktu itu
pasti sudah menungguku. Ugh… salahkan dosenku yang mengulur waktu jam kuliah
tadi.
Aku berhenti di seberang jalan, aku
bisa melihat punggung lelaki itu dari belakang, aku
tersenyum dan ingin
menyapanya dari jauh sebelum seorang gadis cantik menghampirinya dengan dua
cangkir kopi di tangannya, mereka saling melempar senyum lalu gadis itu duduk
di hadapan Kai.
Aku
tidak tahu mengapa hatiku terasa panas ketika melihat Kai sedang duduk dan tertawa riang bersama gadis itu, jika kau
tahu seohyun SNSD mungkin kau akan
mengira gadis itu adalah dia. Mereka terlampau mirip. Beberapa minggu ini aku
memang lebih dekat dengan Kai meski aku tak pernah menyinggung tentang
ucapannya ketika kami terjebak di Lift waktu itu.
Ish, apa lelaki ini sama seperti Oh
Sehun?
Kenapa setiap laki-laki begitu
menyebalkan sih?
Aku ingin berbalik dan meninggalkan
janjiku pada Kai, ku keluarkan ponselku dan ingin menghubunginya untuk membuat
alasan tak bisa bertemu hari ini. Tapi, sialnya Kai terlanjur berbalik dan
melihatku, bahkan kini ia mulai melambaikan tangannya padaku.
Love at first sight,
Oh… Tuhan, aku tak sama sekalli
mempercayainya dulu, tapi, kini aku mengalaminya sendiri, aku rasa aku mulai
mempunyai sedikit perasaan dengan Kai, banyak yang mulai aku tahu tentangnya,
tentang dia yang juga pencinta bunga Azalea, Kai yang ternyata seorang GM di
Apartement Sehun dan Kai yang ternyata begitu mempunyai charisma di kalangan
karyawan-karyawanya. Terkadang aku masih ragu akan perasaanku ini, tapi sebenarnya
entah dari mana hati ini terdorong kuat untuk mengatakannya. Aku bisa gila jika
seperti ini terus.
Aku tersenyum canggung membalas
lambaian tangan Kai dan mulai melangkah menyebrang jalan.Mataku terfokus pada
mereka, aku percaya Kai tahu aku menghampirinya, ia tersenyum begitu cerah
seperti tempo hari.
Tapi
BRUKK………….
Sebuah van putih pengangkut barang
menabrakku, aku terpelanting jauh, samar aku mendengar orang berteriak meminta
pertolongan, sempat ku lihat Kai nampak tak percaya berlari kearahku. Nafas ku
tersenggal dan sebuah cairan merah kental keluar menjalar dari kepalaku
seketika aku menjadi panik tapi sebelum benar-benar panik aku terlalu lelah dan
menutup mataku.
#Really
Love You#
“Aku
bodoh!” Kai tersenyum kecut memandangiku.aku hanya menggerutkan dahiku tak
mengerti.
“Aku bodoh membiarkanmu menyebrang
begitu saja, wanita yang kau lihat itu adalah adikku, awalnya aku hanya ingin
membuatmu sedikit cemburu dengan berjalan dengan wanita lain dan menyadarkan dirimu
bahwa kau juga memiliki perasaan padaku, seandainya aku tahu akan seperti ini
jadinya, sungguh aku tak akan pernah melakukan hal sebodoh itu!”Ia
memukul-mukulkan kepalanya pada ganggang ranjangku.
“Kau
tidak salah, aku yang ceroboh yang tidak melihat jalan!”
“Kau tahu, aku selalu mengutuk
diriku dan selalu merasa bersalah, jadi teruslah bernafas dan hiduplah
disisiku, aku mohon!”Kai menitikkan air mata, memperlihatkan betapa rapuhnya ia
dan kembali ia memukul-mukul kepalanya.
“Berhenti,
aku bilang berhenti!!”Aku kelabakan melihat reaksi Kai yang berlebihan, aku
bahkan mulai menangis, aku meneriaki namanya dan mengatakan padanya untuk
berhenti, aku juga ingin sekali berlari ke ruang perawat mengatakan kepada
mereka bahwa ada seorang lelaki tampan yang bodoh karena merutuki kesalahankku
di ranjangku, tapi.. itu semua percuma, suaraku tidak akan pernah terdengar
olehnya, juga oleh mereka yang lain.
Aku disana…
Terbaring di ranjang itu.
Dengan alat konyol yang menempel di
seluruh tubuhku.
Mungkin kalian bingung, tapi ini
nyata aku memang masih hidup tapi aku juga bisa di katakan mati, aku koma.
Terkadang aku menyesal, mengapa aku
harus menyeberang tanpa melihat jalan? Mengapa harus dengan cara seperti ini
kami saling terbuka dan jujur satu sama lain? Mengapa harus di detik terakhir
aku menyadari bahwa Kai adalah lelaki yang teramat penting. Mengapa?
Kai masih saja terus memukul-mukul
kepalanya dan aku hanya bisa menangisi semua, aku melihat lelaki itu juga
menangis entah untuk keberapa kalinya. Ia selalu mengunjungiku setiap hari,
mengganti bunga Azalea di atas nakas, bercerita kepadaku tentang apa yang telah
ia alami di harinya tanpaku, bercerita bagaimana ia sangat tidak suka Chanyeol
yang menyuruhnya untuk menyerah dan membiarkanku pergi, menceritakanku
bagaimana Oh Sehun yang kini berubah dan bertekad untuk setia dan tak akan
menyia-nyiakan kekasihnya lagi, bercerita seberapa ia terluka melihatku yang
terus seperti ini dan semua itu akan berakhir tangisan di setiap kunjungannya,
tanpa sepengetahuannya, aku juga terluka. Tak mampu melihatnya semenderita ini.
Bukankah aku yang jahat?
“Aku mencintaimu, aku benar-benar
mencintaimu, ku mohon buka matamu Marsha-sii!” Kai menggenggam tanganku kuat-kuat seakan begitu berharap dan
menumpu disana.
Aku kembali menangis lebih kencang
mendengar ucapannya, apa aku benar-benar jahat? Kai lelaki baik dan ia tak
pantas semenderita ini.
Aku ingin meraihnya, menyentuhnya
atau bahkan memeluknya, tapi dengan kondisiku sekarang, aku bisa apa? jadi aku
hanya berdiri disini sembari berlinang airmata.
Kim
Jongin..
Aku
juga mencintaimu….
Tut………
Kardiograf itu
menunjukkan segaris hijau panjang tanpa menunjukkan tanda-tanda kenaikan atau
penurunan.
*End*
Halo, saya boleh mampir ya? hhi...
BalasHapusSaya kebetulan pembaca ffindo, dan ketemu blog ini. Saya baru baca ff ini kemarin. Endingnya nyesek ya? kasian Jong In, ditinggal marsha pergi :(
Btw, overall jalan ceritanya bagus tapi masih banyak bolongnya hhi. Saya penasaran kok Jong In bisa cepet banget suka dengan Marsha?
hai aulya..... ^_^!! boleh kok mampir. mksh bgt loh udh mampir plus komentar di blogku yang masih baby ini hihi
Hapusiya.. ini sebenarnya ff jadul aja yang baru aku publish. Jong In cepet baget ya suka sama Marsha? hihi sebenarnya ini ada sequelnya cuma msh nanti deh aku publishnya. brhubung computerku lagi error. :)
Ahh~ daebak. Terhura gue :')
BalasHapusHai kkamjong kim. Makasih dah mampir. Wah... Terhura kenapa nih? #nyodorin tisu.
Hapus