Missing You
Missing You
||Title: Missing
You||Genre:Hurt,Romance||Cast:Cho Kyuhyun,OC||Author:Octhavia||Blog: http://vivionion.blogspot.co.id/||
Akh…. Aku teringat. Dulu sekali.. aku bukanlah orang
yang dapat dengan mudah mempertahankan seseorang untuk tetap berada di sisiku.
Beberapa kali gagal dalam membangun sebuah hubungan. Lebih baik melangkah
mundur dan merelakannya bersama yang lain. Apa mau dikata? Orang itupun harus
menyerah padaku. Tidak. Bukan padaku. Tapi kemauanku. Aku sudah lupa berapa
banyak tangan yang kulepas karena begitu seringnya aku tak mempertahankannya.
Pada awalnya kupikir ketika aku melepasnya aku akan mendapat pengganti yang
lebih baik darinya, hanya, hingga tanpa kusadari sendiri, ada terlalu banyak
yang tak kupertahankan. Dan pada titik ini. Aku mulai jengah!! Bisakah aku
egois. Memilikimu. Membuatmu hanya milikku. Masalahnya….. akankah kau mau
mempertahankanku? Masihkah ada yang mau mempertahankanku?
“Kau
melarikah diri lagi?” komentar Min Ra padaku.
Aku
hanya diam tak bergeming.
“Ya
tuhan! Bos besar itu pasti akan menyeretku jika tahu kau disini!” Min Ra panik.
Gadis itu duduk di hadapanku sembari mengacak-acak rambutnya sendiri. Aku
menghela nafas panjang.
Sebagai
bawahan seorang Cho Kyuhyun, Min Ra pasti tahu seberapa marahnya Bos Besar itu
jika menemui diriku melarikan diri ke apartementnya. Seperti malam ini, aku
lebih memilih meninggalkan rumah bak istana milik lelaki itu dan beralih ke
apartement sederhana Min Ra. Ini bukan kesalahanku karena melarikan diri.
Salahkan Cho Kyuhyun yang malah bergandengan tangan dan berkumpul dengan para
wanita-wanita sexy itu. Oke! aku
sedikit cemburu. Tapi, itu bukan masalahnya. Wanita-wanita itu ingin merebut
Kyu-ku. Hanya saja, Kyuhyun terlalu naïf untuk menyadarinya.
“Tenang
saja. Bos besar itu tengah ada di dalam pesta mewah. Dia tak akan menyadari
bahwa aku pergi dari rumah. Mungkin saja malam ini dia juga tak akan pulang.
Mungkin… dia akan menginap di hotel dengan ‘para
teman wanitanya’ ” cibirku.
Min
Ra menepuk jidatnya. “Seberapa bodohnya dirimu? Jangan samakan Bos besar itu
dengan lelaki dimasa lalumu yang lain!! Kau tak bisa melihat betapa ia
menyukaimu?” teriak Min Ra memekikkan telingaku.
Aku
menggelengkan kepalaku.
“Aku
rasa dia tak akan sanggup mempertahankanku”
“Ada apa lagi?”
“Perasaan
ini mulai menghantuiku”
“Sepertinya
kau belum yakin padanya” ujar Min Ra menertawaiku kali ini, gadis itu sudah tak
uring-uringan lagi tentang keberadaanku. “Tapi, yah… jika aku menjadi dirimu,
barangkali aku juga akan melakukan hal sama. Atau mungkin lebih parah lagi,
melarikan diri untuk selamanya”
Aku
terkekeh sebentar lalu melihat sebuah majalah di atas meja. Ada foto dan nama
Kyuhyun terpampang di sampul depan
majalah itu. “Ughh….” desisku pelan. “See.. meski aku telah melarikan diri
darinya. Dia selalu saja hadir dimanapun. Meski hanya fotonya saja. Lelaki yang
satu ini sudah seperti hantu. Selalu
muncul dimanapun”
“Oh
ya? Atau malah seperti bayanganmu. Selalu
mengikutimu kemanapun kau pergi. Uhm.. ya!
Jangan lupakan kalau kau
tengah melarikan diri ke bawahannya sekarang” komentar Min Ra. Dia menyambar
majalah itu dan mengamati sampulnya. “Top 10 Young Successful Entrepreneurs.
Hm, sangat Amerikakan? Aku heran mengapa Bos Besar itu malah terlihat sangat
Amerika ketimbang Korea. Seharusnya dia bernama Marcus saja”
“Hanya
di dalam bisnis. Kau tahukan pembisnis muda sepertinya banyak di pengaruhi oleh
budaya eropa karena rekan-rekan pembisnisnya yang lain. Lagipula bukankah
Negara ini juga penganut paham Liberalisme? Jadi apa salahnya?”
“Imperium
bisnis miliknya menjadi sangat kuat akhir-akhir ini,” ujar Min Ra sambil
membolak-balik halaman majalah yang memuat berita tentang Cho Kyuhyun. “Dia
mencaplok beberapa perusahaan orang lain. Ck! Aku yakin banyak pembisnis
sepertinya yang mempunyai latar belakang yang kotor”
“Mencaplok?
Maksudmu akusisi?”
“Mungkin”
“Perihal
latar belakang. Kurasa memang tak ada yang bersih dari pekerjaan lelaki sepertinya.
Hanya saja, aku tak tahu bagaimana public
relation dapat menciptakan image
yang sempurna tentang dirinya”
Min
Ra hanya mengangguk. Baiklah.. setidaknya pikiranku kini teralihkan dengan
percakapan singkat tentang bisnis lelaki bernotabene suamiku itu. Apapun itu.
Aku mulai mengantuk sekarang.
Jadi
kuputuskan untuk menutup mataku sejenak. Melepas beban tentang Cho Kyuhyun yang
terus saja membayangiku.
Mungkin
Min Ra benar.
Kyuhyun
adalah bayanganku.
***
Aku
menemuinya tengah berjalan dengan sekretaris James. Namanya Hani. Sebenarnya
malas mengatakan jika Hani adalah mantan sunbae kami di kampus dulu. Parahnya
Kyuhyun sempat naksir
dengan gadis cantik itu. Sial. Bahkan mereka sempat
berpacaran.
Aku
membuntuti suamiku itu. Suami? Oh! Apalah itu. Kyuhyun tak pernah menganggapku
istrinya. Tidak kecuali di depan keluarga kami atau rekan bisnisnya. Itupun
dengan kelakuan canggung kami.
Kyuhyun
dan Hani memasuki sebuah kedai kopi sederhana di pinggir jalan. Keduanya nampak
berbincang akrab. Sesekali Kyuhyun membelai rambut Hani dengan lembut dan
keduanya saling bertukar tawa bersama.
Aku
tak pernah mendapat tawa itu lagi semenjak tiga bulan lalu kami menikah.
Lalu
kenapa pernikahan ini terjadi?
Jawabannya
bukan karena perjodohan. Tidak juga karena accident. Ini kemauan kami berdua.
Percobaan saja.
Gila???
Iya!
Kami berdua sama-sama gila karena mempermainkan sebuah pernikahan. Dan aku
benar-benar jatuh cinta dengan Kyuhyun. Meski lelaki itu cenderung
mendinginkanku, terkadang malah menganggap aku tak ada. Lalu Kyuhyun?
Aku
tidak tahu.
Menyedihkan
bukan?
Sayangnya,
aku tak bisa melarikan diri darinya. Ada dokumen prenup persetujuan jika aku tak akan pernah bisa melarikan diri
darinya. Kyuhyun licik, dia seakan bisa membaca tentang masa depanku nantinya
dan bodohnya lagi aku yang tak melihat point itu.
Aku yang duduk di bangku kedai teh di seberang
jalan hanya mampu mengawasi mereka dari sini dengan banyak perasaan yang
berkecamuk dalam hatiku. Sembari memainkan ujung jariku di tepian cangkir aku
berpikir lagi tentang hubunganku dengan Kyuhyun.
“Kau,
fay kan?”
Aliran
darahku seakan terserap habis mendengar suara di belakangku. Donghae!
Dengan
santai Donghae menarik kursi disebelahku. Aku menatapnya setengah bingung. “Lama
tak bertemu denganmu” Donghae tersenyum manis kearahku. Aku hanya mampu
mengedipkan mata tak percaya. Siapa yang percaya jika mantan terindahmu
tiba-tiba menemuimu dan tersenyum menawan seperti ini?
“Kau
semakin cantik” pujinya.
“Go…gomawo”
ujarku terbata.
Donghae
tertawa. Tawa yang indah. “Jangan terlalu gugup seperti itu. Kau terlihat
seperti ini saat pertama kalinya kita bertemu dulu”
Aku
tersenyum canggung. Tentu saja ini pertama kali. Pertama kali bertemu mantan
terindah yang kutinggalkan saja demi sahabatku yang dulu juga mencintainya
meski aku masih begitu sangat mencintainya juga dulu.
“Kau
baik-baik saja?” Donghae menunjukkan rasa simpatinya padaku.
Aku
mengangguk. “aku tidak apa-apa”
“Kau
yakin?” tanyanya lagi, aku mengangguk.
“Apa
yang kau lakukan disini?” tanyaku.
“Sedikit
berjalan-jalan. Menyegarkan tubuh. Kau sendiri apa yang kau lakukan?”
Aku
mengedipan mata beberapa kali. Bingung menjawab apa. “Sedikit berjalan-jalan
juga”
Donghae
mengangguk.
Aku
hanya tersenyum tipis. Ku alihkan pandanganku dari Donghae. Melihat ke luar
jendela menuju ke kedai kopi lagi.
Kyuhyun
menatapku.
Ada
dentuman ketika aku mendapati tatapan Kyuhyun mengena ke arahku. Namun beberapa
detik kemudian lelaki itu mengalihkan pandangannya kembali.
Donghae
berdeham. “Fay, setelah ini kau ada waktu?”
Aku
menoleh pada Donghae. Lelaki itu kini menatapku intens. “Hm.. kurasa iya. Ada
apa?”
“Bagaimana
jika kita menonton?” ajak Donghae padaku.
Aku
terdiam. Sedikit berpikir sembari melihat kearah kedai kopi seberang jalan
lagi. Kyuhyun tampak bahagia ketika bersama Hani, ia juga tak bereaksi apapun
ketika sudah mengetahui aku membututinya dan tengah bersama Donghae. Dia
menyukaiku? Seharusnya aku ralat ucapan Min Ra semalam. Min Ra membuatku
berharap lebih. Jadi mengapa aku juga tak bisa bahagia bersama Donghae? Itu
adilkan?
“Baiklah”
***
Aku
hampir menghabiskan satu hariku bersama Donghae. Kami menonton, makan dan juga
mampir ke taman bermain.
Donghae
masih menjadi lelaki yang baik, bersahaja juga flamboyant. Tipikal sepertinya
adalah lelaki yang digandrungi wanita. Aku tidak menampiknya karena dulu sekali
dia adalah lelaki populer.
Donghae
menghentikan mobilnya di depan rumah Kyuhyun. Aku tersenyum padanya dan melepas
seatbeltku.
“Terimakasih
untuk hari ini” ucap Donghae.
“Seharusnya
aku yang mengucapkannya”
Donghae
terkekeh sebentar. “Sudahlah. Sana kau masuk. Nanti Kyumu itu bisa-bisa
membunuhku” Donghae menyebut nama Kyuhyun. Donghae memang tahu tentang Kyuhyun.
Hanya tahu sebatas bahwa aku istrinya.
“Ughh…”
dengan enggan aku turun dari mobil Donghae.
“Good
luck, dear!” Donghae mengedipkan matanya kearahku. Dia sedikit melirik ke
sebuah arah. Aku tak mengerti maksudnya. Lalu lelaki itu pergi dengan mobilnya.
Aku
mendesah. Malas sebenarnya untuk kembali kerumah Kyuhyun. Aku mungkin hanya
akan bertemu beberapa pembantu rumah tangga saja dan Kyuhyun. Tapi kemarin aku
sudah tak kembali. Aku juga penasaran bagaimana reaksi lelaki itu sekembalinya aku
dari acara pelarian diriku.
“Sudah
bersenang-senangnya?”
Aku menoleh dan mendapati Kyuhyun yang berdiri
tegap dengan ekspresi wajah yang keruh. Tak bisa kupungkiri jika aku mulai
berkesiap mendapatinya menatapku. Memberikanku death glarenya.
“Kemana
saja kau? Kenapa tak mengangkat telefonku?” tanya Kyuhyun tanpa berbasa-basi.
“Ponselku
kehabisan baterai dijalan”
“Dan
tanpa berpamitan denganku?”
“Kau
terlalu sibuk berbicara dengan orang lain. Sampai-sampai tak ada waktu untuk
memperhatikanku. Ku pikir tak akan masalah jika aku pergi meninggalkanmu di
pesta kemarin malam”
“Kau
tahu, mereka adalah orang-orang yang mempunyai hubungan bisnis denganku. Hampir
dari mereka semua akan menjadi klien kantorku. Aku tak bisa meninggalkan mereka
begitu saja”
“Termasuk
para wanita semalam dan juga sekretaris James? Hani. Mantanmu kan?”
“Hanya
mantan, aku pun hanya membahas bisnis dengannya. Lalu? Bagaimana dengan
Donghae”
Mataku
menyipit. Kami sama-sama memojokkan satu sama lainnya. “Hanya mantan”
“Kau
yakin?”
“Lebih
yakin ketimbang untukmu” aku berjalan pergi melewati Kyuhyun. Meninggalkan
lelaki itu di halaman depan rumah kami.
Aku
sudah bilang tak ada hubungan istimewa di antara aku dan Kyuhyun selain
hubungan suami-istri di mata hukum. Kami lebih terlihat sebagai musuh ketimbang
pasangan. Meskipun benci aku mengatakan, jika aku telah jatuh pada pesonanya.
Pesonanya bahkan terkadang membuatku gila dan tak bisa berfikir normal.
Aku
berjalan menuju kamar kami dan tanpa habis pikir ku baringkan tubuhku langsung
kearah ranjang. Aku tidak peduli apapun protes dari Kyuhyun. Mr perfect itu tak
bisa mengatur semua dari hidupku.
Kyuhyun
mengikutiku dari belakang. Ia bahkan membuka pintu kamar kami dengan kasar dan
menutupnya juga dengan kasar. Memberikan efek dentuman keras.
“Seharusnya
kau tahu posisimu sekarang Nyonya Cho! Kau tak bisa pergi dengan lelaki
sembarangan. Bagaimana jika netizen tahu kau hari ini berkencan dengan
mantanmu?” bentak
Kyuhyun.
Aku
bangkit dari tidurku. “Itu bukan kencan. Hanya jalan-jalan biasa. Seperti kau
dengan Hani”
Aku
bisa melihat mata Kyuhyun yang menyala-nyala seperti ada kobaran api di
dalamnya.
“Jangan
bercanda! Aku dan Hani hanya rekan bisnis saja!”
Aku
berdecak tak percaya. “Dengan belaian tanganmu?”
Tangan lelaki itu mengepal. Rahangnya juga
mengeras. Ia sedikit mendesis. Dia berjalan mendekatiku.
“Ka..kau
mau apa?” tanyaku terbata.
“Memberikan
hukuman untuk istriku sendiri dan meminta hakku sebagai suami”
Pada
detik itu aku tak bergeming. Kyuhyun terus berjalan kearahku. Reflek aku
berdiri dari ranjang untuk menjauh darinya tapi dengan cepat Kyuhyun menarik
pergelangan tanganku dan menjatuhkanku kembali diatas ranjang. Lelaki itu tepat
berada di atasku. Beberapa senti dari wajahku.
“Kau
terlalu berjalan jauh dari garis batas aman” bisiknya.
Aku
kebingungan, kedua tanganku di genggam Kyuhyun erat. Percuma jika aku meronta.
“Kenapa
kau tak memahamiku?” ucapku.
Kyuhyun
menatapku bingung.
“Aku
mencintaimu. Tapi kurasa kita tak memiliki kecocokan disini. Aku lelah berlari
mengejarmu. Wanita-wanita itu menginginkanmu. Tapi kau sama sekali tak peduli.
Kau bahkan menertawaiku atas spekulasiku ini. Padahal jelas sekali mereka ingin
merenggutmu dari sisiku” cibirku mengalihkan pandanganku dari Kyuhyun.
“Aku
tengah dalam masa pertahanan. Tapi pagi tadi kau berhasil menjebol
pertahananku. Kau melihatku bersama donghae. Aku berharap kau pergi dari kedai
itu dan berlari menjemputku. Tapi kau tak melakukannya. Kau bahkan hanya
membuang muka. Seakan acuh terhadapku. Jika seperti ini, lebih baik kita
berpisah”
Aku
melihat ekspresi terkejut Kyuhyun. Tapi dengan cepat lelaki itu merubah
ekspresinya seperti biasa. Datar. Ada rasa berdebar di hatiku. Ini pengakuan
pertamaku jika aku mencintainya dan ini juga pertama bagiku mengajukan kata
berpisah padanya.
“Tidak
akan”
“Kenapa?
Tidak ada yang menghalanginya. Kau bebas sepenuhnya untuk bersama wanita-wanita
lain. Kau tak akan lagi terganggu denganku. apapun yang kau lakukan akan
menjadi masalahmu sendiri. Tidak ada aku. Tidak ada kita. Hanya diri kita
masing-masing”
Kyuhyun
tertegun. Namun genggaman tangannya semakin erat ditanganku. Aku sedikit
meringis ketika kurasa perih di pergelangan tanganku.
Kyuhyun
setengah tertawa. “Kau terlalu banyak bicara” desisnya dan setelahnya lelaki
itu melumat bibirku kasar.
Tidak!
Ini yang tak kumau. Dalam dokumen prenup
pun tertulis bahwa tak akan ada hubungan paksaan seperti ini. Aku meronta dalam
dekapan Kyuhyun. Beberapa kali mendorong tangannya untuk menjauh namun lelaki
itu nampaknya tak mau juga kalah.
Kyuhyun
semakin gencar mencium bibirku hingga ia tak sengaja melepaskan tanganku. Aku
masih meronta memohon padanya untuk menjauh. Ini bukan Kyuhyunku. Kepala
Kyuhyun berapa di lekukan leherku. Lelaki itu memberikan tanda disana. Tanda
kepemilikan.
Kyuhyunku
hilang. Aku tak mengenalnya lagi.
PLAKK
Aku
merasa detik jam melambat. Kyuhyun terdiam dan aku berusaha menekan tangisku.
Tanganku juga bergetar setelah menampar pipi Kyuhyun. Aku segera menyingkir
dari Kyuhyun. Berdiri dan berlari menuju pintu kamar.
“Kau
membuatku semakin mantap untuk berpisah”
Aku
keluar kamar, menutup pintunya kasar.
Ini
telah berakhir kisah hidupku dan Kyuhyun hanya sampai disini. Aku mulai
bergetar lagi. aku juga berlari. Mencoba melepaskan bayang-bayang Kyuhyun
selama ini.
Kyuhyunku
hilang.
Kyuhyunku
tak ada.
-End-
Komentar
Posting Komentar