[FF Oneshoot] At Gwanghwamun
At Gwanghwamun
Genre : Sad, Romance
Cast : Cho Kyuhyun, Ahn Neul Young (oc) I Rating : PG I Leght : Oneshoot
Other Cast : Heebyul (oc)
Don't plagiat or copy paste, be a good reader! don't read if you doesn't like this story, don't bash! this is pure from my imagine.
cpment like di tunggu. happy reading!!! ^^
Kita
hanya dua orang asing sekarang. Yang
berdiri dijalanan yang sama. Kau yang berada di ujung jalan sana dan aku yang
berdiri disini. Kau hanya terdiam dan aku melihatmu dalam diam yang sama. Aku
mulai memperhatikanmu. Kau mengangkat kepalamu dan melihatku. Kau tersenyum.
Aku tak tahu, detakan jantungku tak normal. Berdegup sangat cepat. Aku kira aku
akan mati. Lampu telah berganti dan saatnya kita untuk berjalan. Kau
melewatiku. Dan kita hanya berpapasan. Tapi jantungku kembali berdegup kencang.
Ini aneh. Ketika kau kembali tersenyum padaku. Ini bukan cinta.aku tak
memahaminya. Ku pikir tak akan sama jika aku mengejarmu. Aku akan gila. Di
jalanan Gwanghwamun. Kau berlalu dan aku menoleh padamu . Sesaat kurasa waktu
telah terhenti. Kau membuatku bodoh. Hanya berdiri di pinggir jalan. Diam tanpa
harus bergerak. Di jalanan Gwanghwamun. Gerbang itu melambai padaku. Tapi aku
kehilangan suatu rasa. Apa?. Ada lubang
kasat mata. Bertumpu di dalam sana. Jauh tak terlihat. Di jalanan Gwanghwamun.
“Yeongie….
Gwencana?” aku menoleh dan mendapati heebyul menepuk pundakku pelan.
“Memangnya
aku kenapa?” Heebyul menggelengkan kepalanya.
“Kau
hanya berdiri di pinggir jalan tanpa menyeberang, ada apa?”
Aku
menggeleng, sejenak aku menyadari kita
hanya dua orang asing sekarang.
Aku
menunggu lampu berganti lagi dan menyeberangi jalanan Gwanghwamun dengan
Heebyul, kami memulai memandu para wisatawan yang berkunjung ke korea, kali ini
kami memandu rombongan wisatawan asal China, Negara tirai bamboo itu.
“Kau
melihatnya?” bisik heebyul di sela kami memperhatikan wisatawan yang tengah
asik mengambil gambar di setiap sudut Gwanghwamun.
“Melihat
siapa?”
“Cho
Kyuhyun!”
Aku
terdiam lalu tersenyum kecil, “Ya..”
Heebyul
mengangguk-anggukkan kepalanya,” Dia terlihat berbeda”
“Ya..”
“Dia
tak seperti yang terlihat di Televisi, dia jauh berbeda”
Aku
tersenyum,”Semua bisa berbeda heebyul-sii tergantung pada cara pandangmu saja”
Heebyul mengangguk kembali.
“Kenapa
kau hanya diam saja tadi? Kau mebuatku khawatir”
“Aku
tidak apa-apa”
“Kau
yakin?” aku mengangguk.
“Ada apa memanggilku?” Youngie menatap
kekasihnya.
“Ani… aku hanya merindukanmu,
apa aku tidak boleh merindukan kekasihku?” Kyuhyun meraih cangkir di depannya
dan meletakkannya di depan kekasihnya.
“Chocolate mint, itu yang biasa
kau pesankan?”Youngie tersenyum, tanpa berpikir panjang ia mengangkat cangkir
itu dan meminumnya. Tapi sesuatu terasa mengganjal, Chocolate mintnya tak
pernah sesedikit ini.
“Ugh… kau telah meminumnya Cho?”
“Aku hanya mencobanya sedikit”
Kyuhyun mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan berpura-pura sibuk disana.
“Mencoba menghabiskan lebih dari
setengah cangkir, kurasa itu bukan mencoba”
Kyuhyun mengangguk, “Dan kau
memberikan padaku?” Kyuhyun mengangguk lagi.
Kyuhyun menghentikan jemarinya
yang sebelumnya tengah menari diatas tuts-tuts ponsel hitamnya, “Aku bahkan
tidak ingin membagikan chocolate mintku denganmu”
Youngie mengerutkan keningnya,
bukankah sangat kecil bagi kyuhyun untuk membeli dua cangkir chocolate mint,
kenapa dia hanya membeli satu cangkir?
“Kau tidak mau?”Tanya Kyuhyun
“Terlambat, aku sudah
menghabiskannya”
kyuhyun tersenyum “Gadis yang baik” pujinya.
“Ku
belikan secangkir chocolate mint untukmu, Youngie” aku melihat cangkir yang
sama ketika Heebyul mengulurkan tangannya dan membawa cangkir itu padaku.
“Gomawo”
ya….. sekarang kita dua orang asing yang
tersesat
“Kupikir
kekasih Kyuhyun akan benar-benar bahagia memiliki kekasih sepertinya”
Aku
tersenyum lalu mengangguk,”Ya…. Mungkin”
“Gadis
bodoh mana yang akan menolak Kyuhyun? Dia adalah pembisnis muda yang sukses dan
pesonanya tak bisa terkalahkankan Youngie?” aku hanya mengangguk.
“Aku
akan bahagia jika salah satu dari kita akhirnya akan menjadi kekasihnya, tapi
apakah itu mungkin? Hahaha…. Itu lelucon yang lucu” aku tersenyum, kekasih
Kyuhyun?
“Kau
menyukai Kyuhyun, Heebyul-ah?”
Heebyul
meminum cola dari tangannya,”Menyukainya? Ah…. Mungkin tidak, hanya saja aku
cukup tertarik padanya, aku lebih menyukai pemilik café mouse rabbit dan
pengelola Y Style”
“Maksudmu,
pengusaha yang tengah menyelesaikan wamilnya itu? Siapa? Uhm… ye…yesung?” aku
menatap Heebyul.
“Ne…”
ucapnya bahagia.
Hari senin, Kyuhyun dan Neul Young duduk
dengan tenang di atas rumput pinggir sungai Han, mereka sama-sama menatap
langit senja milik Seoul. Satu tangan Kyuhyun dibiarkan memegangi sekotak
orange juice dan yang satu lainnya bergenggaman erat dengan satu tangan Neul
Young.
“Kenapa hari minggu selalu cepat
berakhir?” Kyuhyun bergumam tanpa menoleh sedikitpun dari langit senjanya.
“Apa yang kau pikirkan? Bahkan
hari minggu sudah berakhir kemarin, hari ini hari senin”
“Hari senin juga hari yang cepat
berakhir”
“Memangnya kenapa?” tanya
Neul-Young.
Kyuhyun menghela nafasnya
perlahan, menunduk, menoleh pada Neul-Young yang menatapnya heran dan ia terdiam
untuk beberapa saat, “Karena jika aku bersamamu, kurasa waktu mudah sekali
berputar melewati jam”
Neul-Young tersenyum, pipinya
merona mendengar alasan konyol yang di lontarkan Kyuhyun, laki-laki yang tengah
menatapnya itu selalu membuatnya salah tingkah.
“Kau terlihat lucu dengan pipi
merona seperti itu”
Youngi membulatkan matanya di
tatap Kyuhyun, lalu memberikan satu pukulan kecil di bahu Kyuhyun,”Jangan
mencoba-coba menggodaku, Tuan, aku tidak akan tergoda”
“Auch…! Tapi tadi kau merona,
bahkan yang tadi itu yang terlihat jelas dari yang sebelum-sebelumnya”
“A…Aku tidak merona”
“Kau berbohong, jelas-jelas aku
melihatnya”
Neul-young mempautkan bibirnya,
genggaman tangan mereka sudah terlepas dari tadi,”Kau menyebalkan Cho!”
“Ya… aku memang menyebalkan,
tapi kau tetap menyukaiku”
Youngi mendengus kesal, dia
tidak bisa menyangkal,itu benar, yang dikatakan Kyuhyun benar tentangnya yang
akan selalu menyukai Kyuhyun seberapapun
Kyuhyun mempermainkannya dan membuatnya kesal setengah mati, tapi setengah mati
juga dia mencintai Kyuhyun.
“Tapi yang tadi aku ucapkan
adalah sungguhan, aku rasa waktu cepat sekali berputar ketika kita bersama, jarang
sekali kita bisa bertemu, aku memang tak bisa menjanjikan kita akan seperti ini
di hari lain, tapi satu hal yang harus kau pahami, aku mencintai mu sampai
kapanpun Youngie-ah”
“Jadi
kita akan berpisah setelah rombongan dari China ini meninggalkan Gwanghwamun?”
tanya Heebyul.
Aku
mengangguk, “Aku harus ke toko bibi lee,
seseorang menitipkan buku disana untukku”
“Ya
tuhan… kenapa tidak ia poskan saja, susah sekali sih!”
Aku
tertawa, “Mungkin jasa pos membutuhkan sedikit pengeluaran, orang itu mungkin
sedang tidak memiliki uang, kau tahukan hidup di Seoul akhir-akhir ini menjadi
sedikit susah”
Heebyul
mengangguk,”Kalau begitu aku tunggu di apartement”
“Hmz….”
Kami
berjalan kearah rombongan yang telah berkumpul di depan kami, memandu para
wisatawan yang ramai dan bergerombol seperti ini, seperti memandu anak-anak TK.
Aku dan Heebyul menggiring mereka memasuki bis pariwisata, disana pemandu bis
sudah bersiap menyambut kedatangan mereka, aku mengantarkan dan memastikan
hingga tak tersisa satu orangpun yang tertinggal di Gwanghwamun.
“Kau
yakin tidak ingin kuantar?”
Aku
menggeleng menolak saran Heebyul, “Ani… aku bisa kesana sendiri”
“Baiklah,
aku duluan, ingat telfon aku jika terjadi apa-apa, Annyeong…” Heebyul melambaikan
tangannya dan aku membalasnya.
“Maaf
aku membohongimu Byul-sii” bisikku sembari kehilangan jejak Heebyul di belokan
menuju halte bis.
Youngie membenarkan letak syal di lehernya,
Kyuhyun belum datang. Lelaki itu akhir-akhir ini susah sekali di hubungi, walau
sebelumnya lelaki itu memang sudah susah di hubungi tapi kali ini dia lebih
susah lagi, bahkan yang terparah kencan mereka harus rela di tunda atau malah
di batalkan hanya karena lelaki itu tak datang menepati janjinya sendiri.
Untuk kesekian kalinya Youngie
menelfon pada dial up nomor satunya, Kyuhyun. Tapi laki-
laki itu tetap tak mengangkatnya
sama sekali. Sudah lebih dari satu jam
Youngie bertahan di bawah musim dingin yang mulai memasuki kota Seoul sejak
minggu lalu, Youngie menghembuskan nafas ke kedua telapak tangannya,
menghangatkan diri. Dia enggan beranjak dari bangku di sudut Gwanghwamun untuk
sekedar menghangatkan tubuhnya di café tak jauh dari sana.
Dia kembali mencoba menghubungi
dial up nomor satunya, tapi tetap saja dibalas oleh melodi sialan yang
membuatnya mungkin harus menunggu lebih lama lagi. Dia mencoba lagi dan sebuah
suara membalasnya.
“Yeoboseo” bukan Kyuhyun, jelas
ini bukan Kyuhyun, suara seorang wanita yang terdengar disana.
“Ne…ne, yeoboseo, Kyuhyun…”
“Akh… Kyuhyun sedang di kamar
mandi, ada pesan?”
“Kalau boleh tahu, kau siapa?”
“Aku? Aku tunangan Cho Kyuhyun,
Kim eun cha, sebentar lagi kami akan menikah, bahkan sekarang dia ada di
apartementku, kau ada pesan?”
“Akh… anni, gamsahamnida”
Youngie menutup telefonnya.
Kali ini Youngie menepis segala
pikiran buruknya, ia akan tetap menunggu Kyuhyun hingga lelaki itu datang ke
Gwanghwamun, tapi dia akan menunggu di dalam café sembari memikirkan apa yang terjadi selama ini di
hubungannya dengan Kyuhyun atau setidaknya menunggu laki-laki itu menjelaskan sesuatu dengannya.
Tak datang…..
Bahkan hingga café itu terbuka
di pagi harinya Kyuhyun sama sekali tak terlihat, ponsel Kyuhyun mati setelah
telefon tersambungnya itu. Youngie menghela nafas, lelaki itu terlewat lupa.
Gadis itu semalaman berada di
cafe 24 jam. Bahkan telefon dan pesan dari eommanya belum ia balas sama sekali
dan laki-laki itu sama sekali tak menghubunginya.
Dia harus ke apartement Cho
Kyuhyun, sekarang.
Kini
Neul young tepat berada di lorong menuju pintu apartement Kyuhyun, dia terdiam
di ujung lorong, di depan pintu sana dua orang tengah berpelukan mesra, saling
menunjukkan perasaannya, menyalurkan perasaan tersirat, seorang gadis berambut
panjang hitam gelap dan seorang lagi yang tak akan pernah terlupakan.Kyuhyun.
Lelaki itu disana, terdiam dalam
dekapan perempuan cantik. Neul-Young sangat terpaku, tak pernah seperti ini,
Kyuhyun, lelaki itu, menikmatinya. Neul young berbalik dan pergi meninggalkan
Kyuhyun dan perempuan itu.
“Kau tahu pemilik apartement
405, iya, pemuda tampan itu, Kyuhyun, aku dengar dia sudah bertunangan dengan
Kim eun cha” Neul Young mendengar bisik seorang gadis pada gadis di sampingnya
di dalam lift.
“Kukira hubungan mereka tidak
sejauh itu” jawab gadis lainnya.
“Aku bahkan tak percaya di awal
mendengarnya, tapi itu sungguhan, bahkan aku mendapat undangannya, undangan
pertunangannya” jawab gadis lainnya.
Kau
tahu rasanya patah hati? Terkhianati oleh kekasihmu sendiri. Bukankah Kyuhyun
membuat skenarionya menjadi terlalu indah? Harusnya pemerintah memberikannya
penghargaan sebagai penulis scenario terbaik. Dia berbohong padaku,
menjadikanku kekasih gelapnya, meski sebenarnya hubungan kami jauh lebih lama
dari hubungannya dengan tunangannya. Pertunangan? Bahkan aku tak percaya jika
aku juga mendapatkan undangannya ketika kakiku telah menapaki daratan Jeju,
sehari sebelum penghelatan itu digelar dan ketika aku kembali pada kota Seoul,
kami berpapasan di Gwanghwamun.
Aku
masih di jalanan Gwanghwamun, duduk di bangku yang sama di saat aku
menunggunya, sudah dua tahun rupanya, tapi tak banyak yang berubah, café,
chocolate mint dan Gwanghwamun, kecuali dia dan aku, dua orang asing yang
tersesat di labirin perasaan.
Tring…
nomor baru, aku tak yakin untuk mengangkatnya, beberapa hari ini banyak sekali
nomor yang masuk tanpa nama yang biasanya aku abaikan tapi kali ini, kenapa
tidak di coba.
“Yeoboseo…”
“…….”
Aku tak mendengar apapun kecuali deru nafas seseorang di ujung telefon sana.
“……”aku
ikut terdiam dan aku mendengar satu tarikan nafas yang berat.
“Tebak-tebak…”
“….”aku
mendengar suaranya.
“Apa
yang sedang ku lakukan?”
Aku
menghela nafas, “Merindukan seseorang?”
“Ding
dong… kau benar”
“Lalu
apa yang sedang aku lakukan?”
“……..”
orang di seberang sana terdiam, aku mendengar sebuah isakan kecil.
“Merindukanku?”
tanyaku.
Aku
terdiam, Kyuhyunku.
Aku
tak akan pernah melupakan suaranya, deru nafasnya yang bahkan terdengar jelas
olehku, dia menangis di ujung sana, suaranya bergetar menahan suatu perasaan yang
entah apa, mungkin kerinduan tapi… Neul Young dia sudah menjadi milik orang
lain sekarang, jadi berhentilah berharap.
“Bukankah
ada yang perlu di perjelas?” tanyanya kemudian.
“….”
“Aku
melihatmu dari pojok café, temui aku” klik.
Aku
mematikan ponselku lalu menengok kearah café,
dia di dalam sana, aku dapat melihatnya dari kaca jendela café yang
transparan dan terlihat besar.
Disana,
seorang lelaki berjas hitam, terduduk menatapku, dia terlihat semakin kacau dan
menyedihkan sekaligus tampan. Ada keenganan ketika ku langkahkan kakiku menuju
kearahnya, bahkan menatapnya saja hampir membuatku kehilangan oksigen.
***
Pada
akhirnya aku menyerah pada kebimbanganku, tak dapat kupungkiri jika akupun
sebenarnya terlalu bahagia kembali melihat kekasihku - atau mantan kekasihku?- tapi keadaan tak dapat memaksa, kami hanya
menikmati chocolate mint hangat kami masing-masing dan juga menikmati malam
Gwanghwamun terakhir kami yang sebenarnya telah terlawat dua tahun yang lalu.
“Jadi,
apakah seperti ini, rasanya kamu
menungguku di kala malam dua tahun yang lalu?”
Kyuhyun
menatapku, lelaki ini terlihat sangat lelah, kantung matanya terlihat jauh lebih
gelap dari terakhir yang aku lihat.
“Apa
kau kurang tidur? Itu tidak baik untuk kesehatanmu, kau seorang pembisnis,
pegawaimu tengantung padamu, oya… bagaimana tunanganmu? Kau baik-baik saja? Maaf,
aku tidak hadir di acara pertunanganmu, aku sudah di Jeju kala itu” aku meminum
chocolate mintku.
“Jangan
alihkan pembicaraan”
Aku
tersenyum kecil,”Aku meminta maaf jika aku tidak memberi kabar padamu, ku pikir
kau tidak akan peduli padaku, jadi aku langsung pergi ke Jeju”
“Apa
kau pikir kau terlihat baik hanya dengan memperlihatkan betapa kuatnya dirimu
di hadapanku?”
Aku
menatap Kyuhyun,”Apa maksudmu?”
Kyuhyun
terkekeh,”Kau jauh lebih terlihat menyedihkan dengan berpura-pura baik seperti
itu, kau terlihat sangat terluka dengan membohongi dirimu sendiri, kau bahkan
tak melihat bahwa aku tidak memakai cincin manapun di jari manapun yang aku
miliki, berapa lama kau menghafalkan kalimat-kalimat itu, berapa lama kau
mempersiapkan pertemuan ini, aku yakin kau sudah bersiap dulu sebelumnya,
kenapa kau tak marah saja padaku, memakiku, memukulku, memberiku sejuta sumpah
serapah karena telah mengkhianatimu, Kenapa kau tak melakukannya?”
“Kyuhyun-sii!
Kau tak pantas mengatakan hal semacam itu pada mantan kekasihmu”
“Kau
masih kekasihku, sampai kapanpun”
Aku
mengeryitkan dahiku, kepalaku berkedut, apa maksud lelaki di depanku ini, aku
sama sekali tak dapat mengerti arah jalan pikirannya,”Tak ada hakmu untuk
mengatakan bahwa aku masih kekasihmu, kita sudah berpisah Cho, dua tahun yang
lalu, kau harus ingat itu”
“Apa
aku pernah mengatakan bahwa kita putus, pernahkah kau dengar aku mengatakan
kita akhiri hubungan ini, kau yang pergi Youngie-ah… kau yang memutuskannya sendiri, tanpa aku,
tanpa diriku dan dengan kesalahpahaman”
Aku
terdiam,”Kesalah pahaman?”
Kyuhyun menatapku tak percaya,” Lihatlah,
bahkan kau baru menyadari bahwa itu kesalahpahaman”
“Apa
maksudmu?”
“Lihat!”
Kyuhyun menunjukkan jari-jarinya padaku
Aku menaikan satu alis mataku tak mengerti
“Aku
tidak bertunangan, sama sekali, baiklah aku akui aku hampir bertunangan tapi
itu hampir, bukan sudah, arra? Aku hanya ingin kau cemburu padaku, aku hanya
ingin melihat betapa kau mencintaiku dengan melihat bagaimana sikapmu kala itu,
hanya itu yang aku inginkan”
Aku
menggeleng pelan,”Aku tidak peduli kau sudah, hampir ataupun belum sama sekali,
pada nyatanya kau telah mengkhianatiku Cho dan itu yang tak dapatku terima”
Kyuhyun
terdiam,
“Terimakasih
atas chocolate mintnya, jangan lupa pakai coatmu, musim dingin mulai memasuki
Seoul, jaga kesehatanmu, aku pergi dulu, Annyeong” aku berdiri lalu membungkuk
memberi salam pada Kyuhyun dan mulai
beranjak pergi meninggalkannya yang terpaku di meja café.
“Aku
memang salah, tapi bisakah kau memberikanku kesempatan?”
Aku
berhenti sejenak dan terdiam mendengar ucapan Kyuhyun, menarik nafas pelan lalu
menghembuskannya perlahan,” Itu tergantung padamu Cho” lalu aku berjalan keluar
café.
Ya… kita hanya dua manusia yang terlihat
seperti orang asing yang tersesat. Yang tak ingin berkata jujur pada diri kita
sendiri, yang tak bisa mengerti bagaimana dan apa yang harus kita lakukan, pada
akhirnya kita bergantung pada takdir, seperti malam ini, malam di Gwanghwamun.
Wah bagus nieh ff, smoga ad. sequelnya
BalasHapusWah bagus nieh ff, smoga ad. sequelnya
BalasHapusSequel ya?? Aq mlh g' kepikiran loh. Tp mksh ya... Udh visit ke sini.. ;-)
HapusNtar aq buat squel deh klo ad waktu.