[DRABBLE] Pluto? #4
Pluto?
by : Octhavia
Genre : Romance, Comedy
Cast : Tadjus(oc), Sky(oc) I Rating : PG I Lenght : Series Drabble
Don't be plagiat! don't copy paste! be a good reader! this pure my imagine. I will change this character but i still confuse. Maybe i will change character Tadjus with Kyuhyun and Sky with someone else. It's just my plan but i don't know it's can happen or not. I want to discuss before. Tebar Typo(s) ya...! Happy reading ^^
“Tadjussss!”
Aku menoleh dengan melihat seseorang disana
tengah berlari melewatiku, terlihat bahwa ia tersenyum bahagia lalu tangannya
bergelayut manja di lengan seseorang yang ku kenal.
“Ada apa?”
Irene,
Sebenarnya bibirku terlalu kelu jika mengucap
nama pesaing terberatku itu, dia cantik, mudah bergaul, pintar dan memiliki top
record yang bagus di mata guru tapi disisi lain dia adalah gadis sombong yang
menyebalkan, setidaknya bagiku.
“Bisa kau jelaskan padaku tentang sintesis
protein? Tentang transkripsi dan translasi, aku kurang begitu paham tentang
materi itu”
Aku mendengus, alasan!
Aku juga pernah memakai trik yang sama,
meminta penjelasan untuk suatu materi yang belum sepenuhnya kupahami.
“Baiklah, nanti akan ku jelaskan”
Irene mengangguk lalu melepaskan tangannya,
“Aku tunggu sepulang sekolah!” ucapnya lalu berlalu.
Tadjus hanya melihat kepergian gadis itu
dari belakang hingga punggungnya tak terlihat lagi, lalu dia kembali melihat
kedepan melanjutkan perjalanan kami ke ruang guru, mengembalikan buku pinjaman,
itu sih yang di katakannya padaku, sebelum meninggalkan kelas tadi.
Aku masih mengunyah permen karet di dalam
mulutku, rasanya bahkan belum hambar sama sekali, aku masih bisa menyesap rasa
manis meski samar-samar. Aku sedikit berdecak sebal.
“Ada masalah?” aku menoleh pada Tadjus yang
tiba-tiba bertanya di sampingku.
“Tidak” aku menambah laju langkahku,
melangkah lebih cepat dari sebelumnya dan meninggalkan laki-laki itu di
belakang.
Saat kami sampai di ruang guru yang
terlihat hanyalah sebuah ruang kosong tak berpenghuni kecuali memang
barang-barang yang telah disana, mungkin sedari sebelum aku masuk di sekolah
ini di bagian tengah ada semacam ruang tamu kecil, di samping kanan dan kiri
ada deretan meja-meja bertulisan setiap guru mata pelajaran, tidak menarik.
Tapi…
Meja paling ujung yang terlihat lenggang
hanya dengan semacam bola-bola planet tersusun tegak di atas meja dengan
penyangga berwarna putih itu menarikku, menarik penglihatanku untuk
mendekatinya.
“Kita hanya mengembalikan buku, tidak untuk
yang lain”
Aku tak mengubris dan terus mendekati
bola-bola planet itu, menyentuh venus dan bumi dan melihat keganjilan disini,
dimana Pluto?
“Tidak ada Pluto?”
“Pluto sudah bukan menjadi planet, kau
tidak tahu?”
Aku menggeleng, “Kenapa?”
Tadjus meletakkan buku-buku itu di sebuah
meja dari guru pembimbing,”Ada planet temuan yang ukurannya lebih besar dari
Pluto dan bukankah garis orbit Pluto berjarak terlampau jauh dengan matahari,
mungkin itu alasannya, mengeluarkan Pluto dari nama planet”
Aku mengernyit, sedikit mempautkan bibirku,
“Apa hanya karena ukuran Pluto dan jaraknya yang terlampau jauh dengan Matahari
membuatnya tak dianggap lagi?”
“Mungkin, hanya itu yang ku tahu”
Kami sekarang hanya terdiam, ada semacam
sedikit keengganan menjawab kalimatnya lagi.
Tik tik tik
Aku mendengar bunyi dentingan jam.
“Ayo kembali!”
Aku melihat Tadjus, dia mulai melangkahkan
kakinya menjauh dari meja guru
“Jika kau matahari….”
Aku menggantungkan kalimatku disana,
melihat Tadjus yang berhenti dan menatapku dan aku yang juga menatapnnya.
“Dan aku Pluto, apa aku akan tersingkir
begitu mudah seperti planet Pluto itu?”
Kami terdiam lagi, aku mendesah sebentar
sedangkan Tadjus yang berjarak cukup jauh itu, masih menatapku.
“Mari
kita samakan dirimu dengan Matahari yang begitu besar itu, lalu kita samakan
setiap gadis yang dekat denganmu adalah Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter,
Saturnus, Neptunus dan samakanlah aku dengan Pluto, gadis yang juga berada di
dekatmu tapi berjarak paling jauh, terlalu kecil dibandingkan dengan yang
lainnya, apa aku juga akan tersingkir begitu mudah, seperti planet Pluto?”
Tadjus terdiam, matanya terlihat menatap
setiap bola-bola planet di meja, di depanku. Dia berjalan mendekat dan kini dia
telah berdiri di depan meja.
Dia mengambil beberapa kertas di tumpukan
berkas-berkas yang aku jamin telah menjadi sampah terlihat dari mana kertas itu
terletak, dia menyobek kertas itu dan menjadikannya beberapa potongan yang
lebih kecil, meremas beberapa diantaranya dan meletakkannya di sekitar planet
yang lain.
“Kita anggap kertas itu adalah bagian dari
komponen-komponen di tata surya, entah apa, mungkin bintang ataupun satelit
yang sering dikirim manusia keluar angkasa, bukankah ukurannya juga terlampau
kecil dari planet yang lain? Tapi bukankah dia berjarak cukup jauh dengan
Matahari? Jangan paksa dirimu menjadi Planet, jadilah dirimu menjadi dirimu
sendiri, seperti bintang atau yang lainnya agar Matahari juga bisa melihatmu
dan kau bisa menepis jarak diantaramu dengan Matahari”
Aku hanya bias melihatnya denngan bingung.
“Lagipula aku akan menolak jika aku di beri
peran sebagai Matahari, aku juga tidak suka planet jadi mengapa harus dengan
planet?”
Aku menatap Tadjus disaat dia berbalik
tiba-tiba, “Ayo kembali” ujarnya kemudian selang beberapa detik berikutnya.
Aku mengangguk dan melihat sekilas pada
barisan planet-planet itu lalu tersenyum tipis.
Komentar
Posting Komentar