[FF series] Marry a Boy (Chapter 6)



Marry a Boy

||Author : Octhavia || Title : Marry a Boy || Cast : Lu Han, Kang Eun Jae (oc), Wu Yi Fan  || Rating : 
PG || Genre : Romance, Comedy, Marriage Life, AU and others || Length : Chaptered || Author’s personal blog :   



Previous chapter :  chapter 1|| chapter 2 || chapter 3 || ?? || chapter 5



Hyerin terlihat senang saat berada di sekeliling gadis-gadis di perta reuninya, sembari tertawaia memutar pelan minuman yang ada di dalam gelas di tangannya.

“Dimana Kang Eun Jae? Bukankah ia sekantor denganmu? Tumben sekali gadis itu tak terlihat?”


Hyerin menoleh, mendengar sebuah pertanyaan meluncur kearahnya. Ada seorang teman perempuannya dengan rambut panjang sebahu mendekat ke arahnya.

“Molla! Aku tak mendapat pesan darinya. Mungkin ia tengah berurusan dengan tugas kantor. Tadi aku berangkat duluan”

“Benarkah?” seorang gadis lain menatap tak percaya “Bukan karena adanya Aurora dan Kris?”

 Hyerin mengernyitkan alis. “Benarkah? Dimana?” tanyanya ingin tahu.

Hyerin mengikuti arah pandang gadis di depannya. Ia menatap kearah pojok ruangan dimana ada beberapa sofa yang tertata saling berjejer. Sofa paling ujung tengah diduduki segerombolan pria dan di sofa selanjutnya ia menemukan dua perempuan tengah terduduk salahsatu diantaranya tersenyum kepada perempuan lainnya. Tak bisa dibohongi jika Hyerin cukup terkejut dengan apa yang ia lihat. 

Jelas sekali Aurora tengah terduduk disana. Dengan gaun hitam panjang yang tertutup. Ia tersenyum bahkan sedikit tertawa. Seharusnya Hyerin sudah menduganya kan? Tapi tetap saja, melihat Aurora membuat dirinya tetap terkejut.

Dalam sudut pandang Hyerin, Aurora masih sama seperti dahulu. Masih terlihat anggun dan cantik. Hanya saja dia terlihat lebih matang dan terlihat letih. Entah mengapa tapi Hyerin merasa menyukai hal itu.Buruk.

Gelak tawa yang pecah membahana di depannya menarik perhatian Hyerin.Dia mengalihkan pandangannya untuk sejenak melihat apa yang telah terjadi. Kemudian tanpa sengaja matanya beradu pandang dengan Kris. Lelaki itu berjalan mendekati Hyerin membuat gadis itu bertanya berkali-kali lipat pada dirinya sendiri.

“Hai...” sapa Kris tepat di hadapan Hyerin seakan mengabaikan teman-teman di sekeliling mereka, 
tak bisa di pungkiri jika hal itu membuat Hyerin dan beberapa orang di sekelilingnya menatap bingung.

“Hai...” jawab Hyerin sedikit aneh. “Ada apa?” lanjutnya.

Kris berdeham memberi kode kepada teman-teman Hyerin disekelilingnya untuk memberikan mereka waktu. Setidaknya sinyal itu tersampaikan dengan baik, sehingga tanpa menunggu lama teman-teman Hyerin pergi menjauh.

“Cepatlah! Ada apa?” tanya Hyerin lagi. Nadanya terdengar sedikit diberatkan.

Kris tertawa pelan. “Terimakasih atas sambutannya, kau terlihat sangat tidak menyukai sapaanku”

Hyerin tersenyum tanpa menjawab. Sebenarnya sama sekali tak berminat untuk menjawab. Mereka 
saling terdiam. Hyerin yang enggan mengeluarkan suara hanya menunggu Kris yang seakan masih bersikap seperti biasanya.

“Bagaimana kabarmu?” tanya lelaki itu pada akhirnya.

“Baik”

“Kang Eun Jae? Aku tak melihatnya sedari tadi. Apakah Kang Eun Jae akan datang malam ini?” tanya Kris.

Hyerin menatap lelaki itu sinis.See... Pertanyaan yang sesungguhnya pun akhirnya keluar juga. Hyerin mendengus kesal.  “Ada apa? kau ingin menemuinya? Disini? Dengan istrimu dan juga anakmu?”

Kris mengangguk. “Sejujurnya,iya. Dengar! ada yang harus kuluruskan dengan semua ini” ucap Kris lebih mendekatinya.

Hyerin memicingkan matanya, merasa tindakan Kris sangat tidak sopan. Mendekatinya dan tiba-tiba bertanya tentang Eun Jae. Bukankah ini acara umum? Spesifik lagi adalah acara reuni mereka. Kebanyakan disini adalah teman-teman yang sangat tahu skandal perjalanan Aurora, Kris dan Eun Jae. Bahkan ia tidak mau jika terlibat skandal dengan Kris karena tindakan tiba-tibanya kali ini. Bukan terlalu percaya diri. Tapi apapun yang berhubungan dengan Kris dan perempuan hampir selalu mengundang kontroversi. Membuatnya selalu berpikiran yang seperti itu. Skandal Aurora, Kris dan Eun Jae saja masih belum mencapai titik temu. Bagaimana yang lain?

“Seharusnya kau dengarkan aku” Hyerin menatap Kris dalam. “Eun Jae tidak akan kembali padamu. Dia akan memiliki lelaki yang lebih pantas dengannya. Dan itu bukan kau. Jadi lebih baik, kau kembali pada istri dan anakmu” lanjut Hyerin dan berlalu meninggalkan Kris, kembali membaur dengan teman-temannya yang lain. Tak mempedulikan lelaki yang masih menatapnya itu.

Dan ketika Hyerin pergi meninggalkan Kris, seseorang mengamati mereka dari kejauhan. Aurora. Gadis itu memegang gelasnya dengan cukup keras. Jika seandainaya gelas itu tak terbuat dari kaca yang tebal sudah di pastikan, gelas yang Aurora pegang akan hancur berkeping-keping. Tak berfikir jika Kris menyukai Hyerin. Hanya mungkin bertanya tentang gadis masa lalunya.

“Dia bukan anak Kris”

“Aurora berselingkuh di Canada”

“Percaya. Itu yang aku dengar”

“Asistennya adalah saudaraku. Jadi aku tahu tentang mereka”

Kepala Hyerin berkedut. Seharusnya ini menjadi acara reuninya dengan teman-temannya. Namun sial. Kenapa ia malah harus berurusan dengan skandal diantara Eun Jae, Kris dan Aurora? Sepanjang acara Kris selalu mengejarnya. Menanyainya tentang Eun Jae. Menghujaninya dengan banyak pertanyaan tak terjawab. Setidaknya itu sedikit membuatnya menjadi tontonan bagi yang lainnya. 
Lalu tentang rumor Aurora yang berselingkuh. Sial! Mengapa Eun Jae tak datang saja ke acara reuni ini?

Kini Hyerinlah yang menjadi korbannya. Ia harus menemui Eun Jae dan meminta ganti rugi kepada gadis itu. Bahkan ia harus bertanya mengapa gadis itu mengambil cuti tiba-tiba tadi pagi? Sudah berencana menghindari acara ini? Hyerin mendengus kesal dan menutup matanya. Ia berbohong. 

Yah... mengenai Eun Jae. Menyelamatkan gadis itu dari gosip yang akan muncul kembali. Juga,penghindaran dari Kris.

                                                                        ***

Beberapa hari saat di kantor Eun Jae...

“Kau yakin itu tak terlalu kejam untuknya?” ucap Hyerin setelah mendengar cerita Eun Jae disaat mereka tengah berada di ruang fotocopy.

“Apanya yang jahat?”

Hyerin mengerutkan alisnya, berkacak pinggang menghadap ke arah Eun Jae seakan tak terima sahabatnya itu berpura-pura lupa, “Perlukah aku mengatakannya dengan keras sekarang?” ancam Hyerin.

Eun Jae berkesiap menatap Hyerin. Jika masalah LuHan bocor ke kantornya maka sudah bisa dipastikan jika ia akan menjadi bahan bergosip yang sangat lezat. “Jangan macam-macam”

Sembari memasukkan satu kertas lain Hyerin tersenyum merasa dirinya menang, “ Jadi, apa kau yakin? Maksudku, apa kau tak terlalu kejam tiba-tiba menolaknya begitu saja? Bukankah sejak awal kau sudah menyetujui perjodohan itu? Mungkin saja eommamu mempunyai alasan yang cukup kuat agar kalian segera menikah”ucapnya mengecilkan suara.

“ Aku memang menyetujui perjodohannya dan juga mungkin eomma memang mempunyai alasan yang cukup kuat mengapa menyuruhku segera menikah, hanya saja, kupikir itu terlalu cepat. Aku tidak bisa menikah dengan LuHan dalam waktu sesingkat itu”

Hyerin menganggukseakan mengerti. “Baiklah, alasanmu cukup logis untuk itu. Jika hal tersebut yang menjadi alasanmu, aku mungkin juga akan berpikiran yang sama.Tapi, penolakan itu juga tidak karena faktor kedatangan Kriskan? Kau menolaknya bukan karena Kriskan?”

Eun Jae menoleh kearah Hyerin setelah mendengar nama Kris disebut-sebut oleh gadis disampingnya itu. Eun Jae terdiam. Bibirnya tertutup seakan gadis itu tak mendengar pentanyaan Hyerin.

“Kenapa tak menjawab?” tanya Hyerin lagi saat tak mendapat respon Eun Jae.

“Bu... bukan!”

“Benarkah?”

Eun Jae mengangguk yakin, sembari mengumam dan kembali mencopy file-file ditangannya.

“Baguslah! Aku hanya berfikir jika itu karena Kris maka saat kau tak ikut reuni adalah salah satu caramu menghindar darinya” sindir Hyerin.

“Ti... tidak.,aku tak menghindarinya” bohong Eun Jae.

“Lalu kenapa kau tak datang? Mengambil cuti mendadak di pagi hari. Dan membuatku  harus berbohong bahwa kau kerja lembur jadi tak bisa datang”

Eun Jae berhenti setelah menekan beberapa tombol didepannya. “Aku benar-benar tak bermaksud menghindar darinya, hanya saja saat malam itu tepat sekali eomma datang ke apartement, kami menghabiskan hampir sepanjang malam bertiga, setelahnya aku merasa tak enak badan. Jadi aku mengambil cuti saja. Maaf ternyata itu merepotkanmu” Eun Jae memasang wajah memelas setelah memberikan keterangan palsunya lalu berharap belas kasihan Hyerin.

“Ck, Sayang sekali. Lagipula, aku merasa bersyukur kau tak datang, terlepas kau menghindar atau tidak dari Kris, namun, aku tak mau kau bertemu dengan Aurora. Hanya saja kau membuatku menjadi tumbal disana. Kris selalu saja bertanya padaku tentangmu”

Eun Jae menoleh. “Benarkah? Lalu Aurora?”

“Humz... Aurora datang bersama Kris. Gadis itu masih terlihat cantik seperti terakhir ia merebut Kris darimu. Hanya saja dia tengah hamil. Aku pikir itu janinnya yang kedua, bukankah kau bercerita jika saat ia merebut Kris ia tengah hamil?”

Eun Jae mengangguk setuju.

“Sayangnya, itu adalah janin anak mereka yang pertama”

Alis Eun Jae berkerut, “Mwo? Bagaimana bisa, apa Aurora mengalami keguguran?”

“Aku tidak tahu pasti. Tapi dari teman-teman yang lain juga mempunyai prasangka yang sama. Dan satu hal lagi yang membuatku benar-benar tak habis pikir di malam reuni itu”

“Apa?”

“Ada gosip yang beredar bahwa janin yang di kandung Aurora bukanlah anak Kris”

Mata Eun Jae membulat. Gadis itu seakan tak percaya dengan berita yang ia dengar. “Maksudmu, Aurora berselingkuh? Bagaimana bisa? Bukankah ia berkata bahwa ia begitu mencintai Kris?”
Hyerin mengangguk setuju. “Aku juga tidak tahu. Aku hanya mendengar berita itu. Seseorang mengatakan jika saat di Kanada mereka bahkan tak terlihat sebagai sepasang suami istri. Seakan mereka hidup dengan dunia mereka sendiri-sendiri meski masih dalam satu atap”

“Hm...” Eun Jae bergumam terlihat bingung untuk merespon apalagi.

“Baiklah! Aku pergi mengambil beberapa file di meja” ucap Eun Jae pada akhirnya dan pergi meninggalkan Hyerin.

***

-LuHan-

“Song Jin meminta maaf padamu” ucap Jong In saat ia dan LuHan tengah berada di perpustakaan bersama.

“Humz.... “ LuHan hanya bergumam dan mengangguk. Ia kembali pada buku bacaannya tanpa menghiraukan Jong In lagi.

“Kau tak apa? Song Jin mencampakanmu. Ia bahkan berselingkuh di belakangmu”

“Tak apa”

Jong In menatap LuHan takjub. Ia hanya tak menyangka reaksi LuHan terlihat berbeda sekali dengan ekspektasinya. Bukankah dulu LuHan begitu mencintai Song Jin? Sampai-sampai ia tak menghiraukan Jong In sama sekali. Namun saat ini.... bahkan seperti tak terlihat ada masalah diantaranya dengan Song Jin.

“Kau benar-benar tak mempermasalahkannya?” tanya Jong In memastikan.

LuHan meletakkan bukunya dan melihat kearah Jong In. “Ya. Antara aku dan Song Jin sudah berakhir. Tak ada yang perlu dibahas lagi. Jadi jangan buat ia merasa bersalah terhadapku”

Jong In mengangguk. “Bagaimana bisa? Kau begitu mencintai dirinya dulu. Apa kau memiliki gadis lain?”

LuHan memicingkan matanya dan seakan tengah berfikir. “Aku tak yakin. Tapi aku bisa katakan jika aku memiliki seseorang sekarang”

Jong In seakan tertarik. Ia menyeret kursinya pelan mendekati LuHan. “Benarkah? Seperti apa gadis itu?”

“Dia baik, cantik dan mungkin sedikit menyebalkan”

“Lalu ada lagi? selain tiga kata itu?” tanya Jong In lebih tertarik.

“Dia menarik”

Tak ada lagi yang di katakan LuHan, lelaki itu kembali dengan buku-bukunya menghiraukan penasaran Jong In.

“Kau sudah menjadikannya pacarmu?” tanya Jong In masih tak puas.

LuHan mengkidikkan bahunya. “Secara resmi belum, bisa di katakan hubungan kami ambigu”

Mata Jong In menatap LuHan lekat. “Aku benar-benar ingin tahu. Seperti apa gadis itu?”

LuHan tersenyum. “Mendapatkannya bukanlah sesuatu yang sangat gampang”

“Sesulit mendapatkan Song Jin?” tebak Jong In.

“Mungkin lebih sulit dari itu”

“Okay...”

Jong In masih membayangkan seperti apa incaran gadis yang LuHan sukai. Lebih sulit dari Song Jin? Apakah sesulit itu? Hal-hal seperti itu bermunculan di otaknya. Dulu mendapatkan Song Jin saja, LuHan sampai rela masuk rumah sakit karena kelelahan menuggu gadis itu. Mengabaikan tugas bandnya. Lalu bagaimana yang sekarang?

LuHan menatap Jong In. “Sebenarnya apa yang kau lakukan disini?” tanyanya.

Jong In berdeham sebentar. Menatap LuHan. “Aku meneruskan kuliahku disini, bukankah ini keren, kita berada di satu kampus yang sama”

“Kau mengikutiku?”

Jong In tersenyum. “Tidak. Tapi kurasa kita di takdirkan untuk selalu bersama”

Mata LuHan melirik Jong In. “Bagaimana dengan Song Jin?”

“Gadis itu akan masuk tahun depan. Aku tak yakin pilihan kampus mana yang akan ia ambil. Saat ini ia tengah sibuk dengan toko bajunya”

LuHan hanya mengangguk.

“LuHan! Aku masih ingin tahu siapa gadis itu! Bisa kau beri tahu aku siapa dirinya?” ucap Jong In sembari mengiba di depan LuHan.

LuHan menggeleng. “Aku tidak akan memberitahumu. Bisa-bisa kau ikut campur dalam masalahku. Seperti masalahku dengan Song Jin”

Wajah Jong In terlihat tak menyukai ucapan LuHan. “Oh... ayolah!! Beritahu aku namanya saja”

“Tidak” ucap LuHan sembari memebereskan beberapa bukunya.

“Apa kau benar-benar tak ingin memberitahuku siapa gadis itu?” bujuk Jong In.

“Ya”

Jong In mendengus sebal sedangkan LuHan mulai mengemasi barang-barangnya.

“Baiklah. Tapi aku akan tetap mencari tahu siapa gadis itu” ucap Jong In setelahnya.

“Baguslah, kalau begitu aku pergi dulu. Masih ada kelas siang ini” LuHan berlalu meninggalkan Jong In yang masih duduk dan menatapnya pergi.

                                                                        ***

LuHan berjalan keluar dari kedai kopi di seberang kampusnya. Laki-laki itu berencana kembali ke apartement setelah mengembalikan sebuah proposal kepada seorang temannya untuk  menyelesaikan tugas mata kuliah Kris.

Namun baru beberapa langkah ia meninggalkan kedai kopi itu. Tiba-tiba ponselnya berdering. 
Menandakan sebuah pesan masuk.

‘Ayolah... beritahu siapa gadis itu!’

LuHan mendengus. Itu pesan Jong In. Sedari siang tadi Jong In selalu mengiriminya pesan. LuHan bahkan yakin jika kotak pesannya sekarang penuh dengan pesan-pesan Jong In yang ingin tahu tentang Eun Jae. Tidak. LuHan tidak bisa memberitahu lelaki itu.

“Apa kau tengah sibuk tuan Lu?”

LuHan menatap kedepan. Mencari tahu siapa orang yang memanggilnya dengan sebutan tuan.

“YiXing gege?” LuHan tersenyum senang saat mendapati YiXing dengan mantel merah selututnya berdiri di depannya.

“Apa ponselmu itu tak bisa kau abaikan sebentar. Apa kau begitu terkenal hingga baru sebentar keluar dari kedai saja sudah ada pesan yang masuk?” tebak YiXing sembari tersenyum.
LuHan tertawa kecil lalu mendekat kearah Yixing. “Aku lebih terkenal dari apa yang telah engkau duga, gege”

Sesaat setelah mereka kembali bertemu dan melepas rindu. LuHan dan Yixing berjalan beriringan di sepanjang jalan menuju halte bis.

“Apa yang membuat gege datang ke korea? Perjalanan bisnis atau liburan?” tanya LuHan

“Aku kemari karena merindukanmu sekaligus mengkhawatirkanmu” jawab ketus Yixing.

LuHan menatap tak percaya. “Apa? yang benar saja? Kau merindukanku? Sejak kapan? Gege, apa kau demam? Atau jet lang?” LuHan mengecek suhu tubuh YiXing dengan punggung tangannya lalu membandingkan dengan suhu tubuhnya sendiri. “Tapi kau tampak sehat-sehat saja”
YiXing tampak kesal. “Yak! Kau bodoh! Aku benar-benar mengkhawatirkanmu. Kabar yang aku dengar tentangmu dengan Kang Eun Jae benar-benar membuatku tak bisa hanya diam di China. Kau membuatku terus saja berpikir disana”

LuHan tertawa. “Apa kabarku dan Kang Eun Jae selalu menjadi pembicaraan hangat disana? Aku tidak tahu jika aku dan Eun Jae begitu menarik perhatian kalian semua”

“Kau pikir kami hanya membiarkan kalian begitu saja? Jika kami biarkan kalian begitu saja,tidak akan ada perkembangan di dalam hubunganmu dan Kang Eun Jae. Bahkan kau hampir di tendangnya keluar jika saja aku tidak segera berpikir cepat waktu itu”

“Baiklah... baiklah. Terimakasih untuk yang itu. Lalu apa yang akan gege lakukan disini? Membantuku?”

“Karena kau adik sepupuku. Jadi, bagaimana aku bisa membiarkan saja lamaranmu di tolak begitu cepat”

LuHan mengangguk-angguk. “Bukankah gadis itu sangat jahat? Dia benar-benar membuatku terluka” LuHan berakting dengan mendekap dadanya seakan menahan rasa sakit yang mendalam disana.

YiXing menatap sedikit risih. “Berhentilah bermain-main. Kenapa kau masih saja bersikap kekanakan di depanku? Apa kau melakukannya juga di depan Kang Eun Jae?”

“Uhm... terkadang aku melakukannya”

“Baiklah. Kalau begitu sekarang aku tahu masalahnya dimana”

“Ayolah, gege! Kau tak tahu masalah kami yang sebenarnya”

Ekor mata YiXing mengikuti ke arah LuHan. YiXing sengaja menghentikan langkahnya dan membiarkan LuHan berjalan lebih dulu. Dan saat LuHan tersadar bahwa YiXing tertinggal beberapa langkah di belakangnya. Ia segera berhenti dan menghampiri YiXing.

“Masalah yang kau maksud itu... Kris?”

“Kau tahu? menyebalkan menyebut namanya sekarang. Namun kurasa dia termasuk dalam hitungan”

“Apa kau yakin?”

“Tak seyakin itu” LuHan tertawa setengah mencemooh. Lalu berdiri di sebelah YiXing. “Gadis itu sangat tidak mudah melupakan masa lalunya”

“Dan tentang Kris dan Aurora adalah masa lalunya yang mungkin tak mudah terlupakan?” tebak YiXing yang di jawab dengan anggukan LuHan.

“Aku memang hanya tahu sebagian kecil masa lalu gadis itu. Tapi Kris adalah masa lalunya yang paling dalam”

“Dan kau menyerah begitu saja dengan masa lalu gadis itu?”

LuHan kembali tertawa. “Harga diriku terluka jika gege mengatakan aku akan menyerah begitu saja 
dengan masa lalu Eun Jae”

“Lalu apa yang akan kau lakukan?”

Mereka berdua terdiam. Masih berdiri. “Menunggu waktu yang tepat atau mungkin gege punya ide selain itu?”

YiXing memalingkan wajahnya dan bergerak maju. “Katakan saja jika kau butuh bantuanku”

“Yah... itu yang kutunggu” ucap LuHan mengejar YiXing.

                                                                        ***

LuHan mengetuk pelan pintu kayu yang di depannya tertempel nama Kris cukup jelas.

“Masuk” suara Kris mempersilakan.

LuHan memutar knop pintunya dan masuk menghadap Kris. Lelaki saingannya itu tengah duduk di balik meja kerjanya dan menyambut dirinya dengan senyuman bahagia. “LuHan? Ada apa?” ucap Kris sembari mempersilakan LuHan duduk di kursi kosong di depannya.

“Ada yang harus aku bicarakan denganmu”

Kris mengagguk saja meski merasa sedikit aneh dengan sikap LuHan. “Baiklah. Tentang masalah apa? tentang penelitianmu?”

LuHan menggeleng. “Aku datang bukan untuk itu. Aku datang karena ada hal pribadi”

Kening Kris mengernyit. “Pribadi?” Kris berdeham “Tentang?”

Apa kau mengenal Kang Eun Jae?”

Kris tertohok. Wajahnya memucat. Kris berusaha menelan salivanya. “Ada apa? Kau mengenalnya?”

LuHan mengangguk membuat Kris mau tak mau menatap tajam ke arah LuHan.

“Sejauh apa?”

LuHan tersenyum sinis. “Apa aku harus menjawabnya?”

Kris bergerak maju. Entah mengapa segala hal yang menyangkut tentang Eun Jae selalu saja membuatnya melakukan suatu hal tanpa terpikirkan dahulu. “Apa kau mencoba mempermainkanku Xi LuHan?”

“Apa kau berpikir seperti itu?’

Kris tak mengerti ke arah mana LuHan membawanya bicara. Secara tiba-tiba bocah itu menanyainya tentang Eun Jae. “Xi LuHan! Ini bukanlah waktu yang tepat untuk bercanda”

LuHan menggeleng. “Aku tidak tengah bercanda. Aku memang mengenal Kang Eun Jae. Aku hanya mencoba mengajukan penawaran denganmu”

Kris kembali terlihat bingung. “Penawaran? Tentang?”

“Kang Eun Jae”

                                                                        ***

Eun Jae

“Kau yakin tak ikut kami makan malam?” tawar Hyerin sekali lagi namun tetap di jawab gelengan oleh Eun Jae.

“Tidak. Aku ingin segera kembali ke apartement”

Hyerin mengangguk mengerti. “Baiklah kalau begitu aku duluan. Hati-hati dijalan” ucap gadis itu sebelum meninggalkan Eun Jae dan bergabung dengan teman-temannya yang menunggunya.

Eun Jae baru saja keluar dari kantornya. Hari ini ia dan beberapa teman-temannya memang lembur kerja karena tugas akhir bulan yang selalu menjadi tanggung jawab devisinya. Pada akhirnya membuat dirinya pulang terlambat. Eun Jae mendengus kesal sembari terus berjalan ke arah halte. Gadis itu berencana membeli sup buntut sepulangnya dari kantor. Ia tak bisa memasak dan ia terlalu gengsi untuk meminta tolong LuHan semenjak acara penolakan itu. Bukan apa-apa, hanya saja semua seakan berubah setelah kejadian itu. LuHan dan dirinya menjadi orang yang sangat sibuk hingga tak pernah bisa saling bersapa atau bertemu. Sangat aneh karena mereka berada dalam satu apartement yang sama.

Dua sup buntut mungkin bisa menjadi tanda perdamaian. Mungkin.

                                                                        ***

Kris

Lelaki itu mengusap wajahnya frustasi. LuHan tidak mau buka suara sedikitpun tentang hubungannya dengan Kang Eun Jae. Tak ada yang Kris tahu selain fakta bahwa LuHan mengenal Eun Jae dan menawarkan hal paling membuat dirinya hampir gila.

Bagaimana bisa? LuHan adalah mahasiswa kesayangannya yang selalu ia beri waktu dan secara mengejutkan mendapati bahwa LuHan juga berada dalam kisahnya dengan Eun Jae.

Kris mendengus kesal. Sepulangnya dari universitas ia lebih memilih berdiam diri di ruang kerjanya. Rutinitas sehari-harinya dan jika ia pulang dengan keadaan frustasi seperti ini, ia bisa-bisa mengambil waktu semalaman disana.

Di balik pintu ruang kerjanya. Aurora berdiri dengan nampan dan segelas teh hijau diatasnya. Gadis itu enggan mengetuk pintu kerja Kris. Ia tahu Kris kembali dengan keadaan yang kurang baik. Entah karena apa. Ia hanya ingin sedikit memberi perhatian seorang istri kepada suaminya. Namun, ia tahu. Kris akan menolaknya seperti biasa-biasanya, hanya saja, entah dorongan darimana, Aurora selalu melakukan perhatian seperti menyediakan teh sepeti ini kepada Kris, walaupun hanya berakhir di meja samping pintu ruang kerja Kris hingga pagi menjelang.

                                                                        ***

Eun Jae, LuHan

“Hai..” sapa LuHan pada Eun Jae yang baru saja memasuki pintu apartement.

“Hai. Kau sudah lama disana?” tanya Eun Jae mendapati LuHan yang duduk di sofa ruang televisi. 
Lelaki dengan kaos polos dan celana tiga perempat itu tengah menyambutnya dengan senyum paling lebarnya.

“Setengah jam” jawabnya.

“Sudah makan malam?” Tanya Eun Jae sembari mengganti sepatunya dengan sandal rumah.

LuHan menggeleng. “Sengaja menunggumu”

“Menungguku?” Eun Jae berjalan ke arah LuHan dan duduk di samping lelaki itu.

“Kau membawakanku makankan?” tebak lelaki itu sembari melirik kotak makanan yang Eun Jae letakkan di meja. Sejurus kemudian LuHan telah berhasil membuka kotak tersebut dan langsung memakannya.

“Kenapa tak membuat sendiri. Jika kau sudah kelaparan sejak tadi?”

“Sengaja menunggumu” LuHan mengedipkan sebelah matanya kearah Eun Jae. Sedangkan gadis itu hanya menghembuskan nafas kecil namun menampilkan segurat senyuman dibibirnya.

“Baiklah. Aku ke kamar” Eun Jae berdiri dan akan berbalik sebelum tangannya di cekal oleh LuHan dan membuatnya kembali jatuh terduduk disofa.

“Kau harus menemaniku makan” ucap LuHan dengan jarak yang dekat dengan Eun Jae.

“Diktator”

LuHan tersenyum. Melepaskan tangan Eun Jae dan melanjutkan makannya. “Sebagai balasannya aku akan membantumu”

Eun Jae menoleh, menatap LuHan yang tengah menikmati sup buntutnya. Tergoda dengan cara makan LuHan, gadis itu mengambil satu box di meja makan sebelum bertanya kepada lelaki itu “Membantu apa?”

LuHan memasukkan satu suapan ke dalam mulutnya. “Membantumu mencari kepastian”

Eun Jae nampak bingung. Gadis itu sempat berpikir jika LuHan positif bersikap aneh setelah beberapa hari lalu yang mereka jalani dengan hanya saling diam dan menyibukkan diri dan secara mendadak berubah begitu hangat seperti ini. “Memastikan apa? apa yang aku cari dengan kepastian”

“Hatimu..”

“Hati..”

“Antara aku dan Kris”

Eun Jae berhenti makan. Gadis itu menaruh sumpitnya dan menatap LuHan yang masih saja menikmati makanannya tanpa peduli orang disisihnya menatapnya tidak suka.

“Maksudmu?”

“Aku tak bisa mengalah hanya karena kau masih terjebak pada masa lalumu. Kau mungkin saja bisa mengatakannya kau telah lepas darinya. Tapi sebenaranya hatimu tak sepenuhnya terlepas darinya. Jadi aku membantumu untuk memastikan pada hatimu sendiri”

Eun Jae masih menatap tak suka. “Jangan melakukan suatu hal tanpa mengatakannya kepadaku lebih dulu. Seharusnya kau meminta ijinku. Kenapa kau selalu seperti ini” protes Eun Jae

“Aku yang seharusnya mengatakannya. Kau selalu saja mengatakan sudah melupakan masa lalumu. Tapi ternyata kau masih mengingatnyakan? Kau menolakku juga karena hal tersebut juga? Aku hanya ingin memastikan. Apa aku juga ada di hatimu?”

“Mwo, bagaimana bisa? LuHan, kau tak bisa seenaknya seperti ini. Aku tahu kau mengenal Kris dan penolakanku padamu tempo hari bukan sepenuhnya karena dirinya. Tentangmu yang ada di hatiku, kenapa kau membahasnya? Seharusnya..”

Belum selesai Eun Jae menyelesaikan ucapannya. Ia merasakan sesuatu menempel dibibirnya. Lembut dan begitu dalam. Itu bibir LuHan.Namun sayangnya gadis itu tak merespon apapun. Bingung dengan keadaan sekaligus terlalu terkejut.

“Lihat! Kau terlihat bingung sekarang. Jadi aku juga butuh kepastiannya”

Eun Jae terdiam. LuHan juga terdiam. Mereka saling berhadapan. Tanpa saling bicara.

Kring...

Ponsel LuHan berdering. Lelaki itu mengalihkan pandangannya dari Eun Jae untuk menjawab telefon yang masuk.

“LuHan-sii bisa kau kerumah sakit sekarang? Papamu di rawat disini. Dia tengah mengalami masa kritis”

“Mwo?”
                                                                        ***

Hai.... author muncul!! ^-^ #ditabok reader.

Berapa lama ya... aku hiatus?? 2 bulan? Atau lebih? Okey... okey.. maaf. Ini gara-gara notebook author rusak dan harus di service. Alhasil ya... jadi lama gini. Makasih yang udah komentar. Nge like pokoknya aku seneng deh. Apalagi yang nunggu ff ini makasih #peluk reader satu satu.

Kasih komentar ya... lama nggak nulis jadi nggak tahu deh ini ff nyambung nggak hahaha okey sekaligus mohon maaf lahir batin berhubung lebaran baru-baru aja kemarin datang. Udah ah... gitu aja. Makasih. Annyeong. #BOW.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

[FF Oneshoot] Really Love You...

SKSD